blank
Mashudi penjual penthol bersama istrinya terlihat sumringah mempersiapkan diri untuk berangkat haji pada 2024 ini. Foto: Tya Wiedya

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Menjalankan ibadah haji adalah Impian setiap muslim. Termasuk impian pasangan Mashudi (63) dan Suyatmi (58), penjual penthol warga Desa Menduran, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan ini.

Demi bisa meraih mimpi menuju Tanah Suci, Mashudi dan Suyatmi selama 14 tahun menabung. Raut wajah bahagia pasangan suami istri ini terlihat saat mereka bisa berangkat naik haji setelah 14 tahun menabung.

Sejak tahun 1998, Mashudi termotivasi untuk naik haji dengan memasang gambar Kabah di ruang tamu rumahnya. Dengan motivasi tersebut, dirinya berniat bekerja keras demi bisa menabung untuk berangkat haji.

Pada tahun 2012, Mashudi mendaftar haji ke Kemenag Kanwil Grobogan. Tidak hanya dirinya saja, sang istri yang bernama Suyatmi ini juga turut didaftarkan. Selama 12 tahun menabung untuk melunasi biaya haji, akhirnya Mashudi dan istrinya bisa berangkat haji di tahun 2024.

“Daftarnya pada tahun 2012, bulan tujuh (Juli). Sebenarnya mau daftar tahun 2010, tetapi orang tua meninggal, jadinya tahun 2012,” ujar Mashudi yang memang dikenal sebagai pedagang penthol.

Mimpi yang Terwujud

Mimpi Mashudi dan Suyatmi akhirnya terwujud untuk berangkat ke Baitullah tergabung dalam kloter 60 musim haji tahun ini. Mashudi dan Suyatmi dijadwalkan akan berangkat pada 27 Mei 2024 mendatang.

Sebelum berangkat, keduanya sudah melakukan banyak persiapan, seperti melengkapi administrasi dan sibuk manasik haji beberapa kali. “Alhamdulilah, tahun ini bisa berangkat. Saya minta doanya supaya perjalanannya lancar,” ujar Mashudi.

Mashudi yang kerap mangkal di depan salah satu SMP di Purwodadi, menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda. Di bagian belakang sepedanya, Mashudi meletakkan keranjang kayu pada pagi sampai siang hari.

Namun, pada tahun 2017, Mashudi mengganti sepedanya dengan sepeda motor untuk menjajakan penthol.

Hingga kini, sepeda motor bebek tersebut bisa dipergunakan untuk berjualan penthol berkeliling. Setelah siang, Mashudi pulang ke rumah dan lanjut dengan pekerjaan yang lain mengurus sawah.

Dia mengaku bersyukur bahwa dari pagi sampai siang berjualan dan sore harinya masih bisa berangkat ke sawah untuk bekerja. “Pagi sampai siang jualan, sorenya ke sawah. Alhamdulilah, sawahnya lumayan luas, jadi saya semakin hari semakin rajin,” ujar Mashudi sambil menunjukkan koper yang akan dibawanya berangkat haji nanti.

Dia menuturkan, dalam kesehariannya sebagai pedagang penthol, Mashudi mengaku bisa meraup Rp100 ribu jika dagangannya ludes terjual. Jika tidak habis, Mashudi menerima uang sekitar Rp75 ribu, setiap harinya.

Mashudi sendiri sudah mulai meliburkan diri alias tidak berangkat jualan penthol, sejak Ramadhan lalu. Bersama istrinya, ia memilih untuk menyiapkan perjalanannya berangkat ke Tanah Suci.

Tya Wiedya