JEPARA (SUARABARU.ID)– Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa penganugerahan RA. Kartini sebagai pahlawan nasional dipelopori oleh kaum kiri. Hal ini seperti dikutip dari penjelasan Muhidin M Dahlan, dalam sebuah podcast mojok.co, yang bertemakan Jasmerah.
Dalam podcast tersebut, Gus Muh, (panggilan akrab Muhidin), menyebutkan Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional pada Mei 1964 bersama Tjut Nyak Dien dan Tjut Nyak Meutia.
Tiga tahun sebelum Kartini ditetapkan sebagai pahlawan nasional, Pramodya Ananta Toer atau yang akrab disebut Pram, yang pada waktu itu adalah seorang petinggi Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), memimpin sebuah tim penyelidikan sejarah tentang Kartini yang obyektif dan revolusioner.
Tim yang dipimpin oleh Pram ini, dalam sebuah esai di koran “Bintang Timoer”, melakukan perjalanan bolak-balik antara Blora, Rembang, Jepara, Semarang, hingga Solo untuk melakukan interview, dan menggali dokumen-dokumen penting Kartini.
“Tujuan tim penyelidikan Pram sebagai upaya merebut narasi dan tafsir Kartini yang selama ini dikuasai oleh kolonialisme”, ungkap Gus Muh dalam podcast tersebut.
Hasilnya, dua jilid buku diterbitkan dengan judul “Panggil Aku Kartini Saja” yang terbit tahun 1962. Buku ini merupakan buku pegangan kaum kiri yang berisi tafsir atas surat-surat Kartini.
Menurut Gus Muh, tidak hanya Lekra yang menghidupkan kembali gagasan pemikiran Kartini. Salah satu saudara ideologisnya Lekra di sektor perempuan yaitu Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) tanpa ragu sedikitpun menjadikan nama majalahnya dengan namai majalah “Api Kartini” yang terbit pada tahun 1959.
Bagi Gerwani, Kartini merupakan seorang perintis jalan kemajuan dan kebebasan bagi kaum wanita Indonesia. “Kami kaum wanita Indonesia adalah merupakan pewaris-pewaris Ibu Kartini”. Gerwani mengaku sebagai pewaris sah Kartini. Bagi Gerwani Kartini adalah role model bagi kelompok mereka.
Lewat Gerwanilah Presiden Soekarno akhirnya menganugerahi gelar pahlawan nasional untuk Kartini. Inilah 4 inspirasi dari Kartini untuk Gerwani:
- Menulis dan membaca, lewat menulislah akhirnya ide tentang emansipasi wanita tersampaikan. Dan membaca adalah akses pembuka jalan buku dan bacaan bagi kaum perempuan yang saat itu dianggap tabu. Dengan inspirasi dari Kartini Gerwani kemudian mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat.
- Jalan Pembebasan. Kartini menulis tentang pembebasan dalam sebuah surat yang berbunyi ”Walaupun saya akan jatuh sampainya di tengah-tengah jalan, saya akan mati dengan bahagia karena jalannya sudah akan dibuka dan saya telah menolong untuk membuka jalan pembebasan dan kemerdekaan wanita Boemiputra”.
- Internasionalisme Kartini. Penerbitan surat-surat Kartini di luar negeri menjadi sandaran pergerakan Gerwani dalam dunia internasional.
- Ekonomi keratif. Dengan cara ini Kartini memperkenalkan kerajinan Jepara berupa seni ukir yang dipamerkan di Den Haag Belanda pada tahun 1898.
ua