Oleh : Hadi Priyanto
Yang mulia, jumlah penduduk Kecamatan Karimunjawa saat ini kurang lebih 10.100 jiwa. Hanya sekitar 0.0003 % dari total penduduk Indonesia dan 0,84 % dari penduduk Jepara. Sehingga suara warga Karimunjawa dalam gelaran pemilu pun tidak seberapa. Artinya tidak banyak perannya dalam menentukan kebijakan pemerintah, termasuk untuk tanah tumpah darahnya.
Juga tidak banyak uang pajak yang bisa dikumpulkan untuk negara apalagi daerah. Sebab itu, Karimunjawa hanya memberikan kontribusi kecil dalam Produk Domestik Regional Brutto Kabupaten Jepara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dipungut dari wisatawan.
Jika melihat dari data-data ini, Karimunjawa seakan tidak berarti apa-apa. Karimunjawa hanya dikenal sebagai daerah di seberang lautan yang sedang dikembangkan sebagai kawasan wisata dan penghasil ikan yang melimpah.
Namun sebenarnya ada potensi dan sumbangan besar Karimunjawa untuk kehidupan yang tidak banyak diketahui orang. Juga tak disadari bahwa ada kontribusi besar Karimunjawa dalam memberikan asupan energi yang vital untuk kehidupan dan kesehatan manusia, hewan, dan seluruh ekosistem di planet kita. Sebab Karimunjawa adalah Salah satu penghasil oksigen yang sangat besar bagi kehidupan.
**
Kawasan ini terdiri dari daratan di Pulau Karimunjawa seluas 1.285,50 Ha dan daratan Pulau Kemujan 222,20 Ha. Sedangkan perairan di Karimunjawa dan sekitarnya tercatat sekitar 110.117,30 Ha. Ini belum termasuk Desa Parang dan Desa Nyamuk.
Berdasarkan statistik aset kewilayahan nasional, luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,9 juta km2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dengan rincian luas kepulauan 2,8 juta km2, luas laut teritorial 0,4 km2, serta klaim atas Landas Kontinen di luar 200 mil seluas 3500 km2 di sebelah barat Aceh.
Apabila dilihat dari segi luas, laut di bumi menempati sebesar 71% yang berarti seluas 361,1 juta kilometer persegi. Hal ini disebabkan sejak awal bumi terbentuk, planet ini diliputi oleh lautan.
Catatan yang ingin saya sampaikan, laut di Indonesia luasnya adalah 16% dari laut di dunia dan luas perairan laut Karimunjawa adalah 0.003% dari laut dunia. Sementara laut adalah paru – paru dunia yang mampu memberikan sumbangan 85% oksigen dunia yang berdasarkan sumber databoks saat ini dihuni sekitar 8.08 milyar jiwa. Sebanyak 279 juta jiwa adalah penduduk Indonesia. Dari jumlah ini 1,2 juta adalah penduduk Kabupaten Jepara
Dengan luas lautan 16 % dari laut dunia, lautan Indonesia mampu memberikan sumbangan oksigen bagi 1,2 milyar jiwa manusia di bumi. Sedangkan perairan laut Karimunjawa mampu mencukupi kebutuhan oksigen 12 juta jiwa atau sekitar 0,157 % penduduk Indonesia.
***
Bayangkan laut kecil Karimunjawa bisa menghidupi 10 x penduduk Jepara. Karena itu sangat berbahaya jika membiarkan kawasan ini rusak. Demikian juga jika laut-laut yang ada di Nusantara ini dibiarkan rusak karena eksploitasi yang tak lagi mempertimbangan keberlanjutan dan kelestarian alam.
Jika lautan tidak lagi bisa memberikan sumbangan pada penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh semua mahluk hidup, akankah kita mampu bertahan. Memang dampak kerusakan bukan pada masa sekarang, tetapi generasi mendatang yang akan menerima dampak dari kerakusan manusia saat ini. Tanpa oksigen kita tidak akan mampu bernafas ,
Karimunjawa memang belum memberikan dampak ekonomi yang besar. Tetapi sekali lagi laut Karimunjawa masih menghasilkan oksigen dari fitoplakton di terumbu karang 0,157% dari total terumbu karang di dunia yang mampu menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan 85% oksigen untuk menyumbang 12 juta manusia atau 10x penduduk Jepara .
Masyarakat Karimunjawa yang saat ini jumlahnya sekitar 10.100 jiwa dan 4.128 jiwa adalah penduduk usia 0 – 24 tahun, akan sangat tergantung pada lautan dengan segala potensinya. Sebab lahan pertanian tak lebih dari 50 ha. Itu pun produktifitasnya rendah Karena itu jika laut dan alam rusak, maka akan sangat berdampak bagi kehidupan.
**
Sejumlah literatur menyebutkan, 80 % oksigen yang dibutuhkan umat manusia dihasilkan dari laut dan 20 % dari tanaman di bumi termasuk mangrove.
Saat ini luas hutan mangrove di dunia tercatat 16 juta ha dan Indonesia memiliki 3.7 juta. Karena itu Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki mangrove terluas, atau sekitar 20% hutan mangrove di dunia. Sedangkan Karimunjawa mempunyai luas tanaman mangrove 440 ha atau 3% dari luas mangrove di dunia .
Mangrove adalah pelindung daratan dari abrasi. Juga melindungi bibit bayi ikan, sumber oksigen, penjaga kualitas udara dan air dan banyak lagi fungsinya. Jika terjadi kerusakan karena kelalaian manusia siapa yang rugi ? Bukan hanya kita, tetapi bangsa Indonesia dan bahkan bangsa-bangsa di dunia tentu akan menanggung akibatnya.
Karena itu jangan rusak alam, biarkan tumbuh lestari dan jangan aliri laut dan daratan dengan limbah yang akan membuat bayi-bayi ikan mati hingga nelayan semakin sulit mendapatkan ikan dan pulang dengan tangan hampa. Bukan hanya itu, petani rumput laut juga terus merugi.
Jika biota laut dan terumbu karang rusak siapa yang mau datang lagi ? Sebab tidak ada daya tarik keindahan alami di dalam laut Karimunjawa.
Tolong jangan berikan laut Karimunjawa beban untuk membilas sampah – sampah yang tidak semestinya ada. Jangan tutupi dan aliri rumah-rumah ikan dengan limbah apapun, apalagi limbah beracun. Sebab terumbu karang tidak mampu lagi untuk berfotosintesis, tidak bisa bernafas dan kemudian mati hingga tidak dapat menjadi rumah ikan serta tidak menarik lagi bagi wisatawan
Karena itu tanpa bermaksud mengintervensi kewenangan Yang Mulia dalam memeriksa dan memutus perkara, kami mohon kepada yang mulia hakim, atas nama kemanusiaan, kebenaran dan cinta kasih atas makluk hidup, berikan kesempatan aktivis lingkungan Karimunjawa untuk bebas dan ketengah-tengah masyarakat. Agar spirit warga Karimunjawa untuk menjaga lingkungan tidak mati. Tidak lagi terbelenggu oleh ketakutan karena dikriminalisasi dan dimasukkan bui. Apalagi yang di kritik adalah usaha ilegal dan empat diantara pemiliknya telah ditetapkan sebagai tersangka
Yang mulia, ia hanya ingin menyampaikan kecintaannya pada kelestarian alam melalui kritik di media sosial. Sebab selama ini para penjaga negeri membiarkan kerusakan alam terus terjadi.
Penulis adalah Wartawan Suarabaru.id dan pegiat budaya Jepara