SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan bekerja sama dengan petani perkotaan untuk mengelola aset tanah yang tidak terpakai.
Nantinya, petani bisa memanfaatkan lahan milik Pemkot Semarang untuk bercocok tanam tanpa membayar uang sewa lahan. Hanya saja, nanti pemkot meminta untuk bagi hasil namun presentase keuntungan lebih tinggi petani.
Hal itu disampaikan oleh Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, saat kegiatan Penyerahan Sertifikat Tanah dan Peluncuran Sertifikat Tanah Elektronik di Balai Kota Semarang, Senin (4/12/2023).
Menurutnya, pemanfaatan lahan tidur ini juga bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan petani di samping menjaga daulat pangan. Saat ini, proses kerja sama itu masih dalam tahap pendataan aset tanah tidur.
“Jadi apa yang sudah disampaikan bapak Presiden mana-mana yang memang bisa dikerjasamakan dengan masyarakat, ya kita harus proses. Termasuk pemanfaatkan lahan tidur. Dan saya sudah melakukan ini, sedang diinventarisir oleh BPKAD mana tanah-tanah sensus yang bisa digunakan untuk sewa. Tapi ternyata kalau bagi petani untuk ketahanan pangan, biaya masih tinggi. Sehingga nanti kita alihkan ke Dinas Pertanian untuk model yang bagi hasil,” ujarnya kepada wartawan.
Dirinya mendorong agar Dinas terkait segera melakukan pendataan, sehingga program atau kerja sama ini bisa segera dilakukan.
“Semoga Desember bisa selesai pendataan, sehingga Januari bisa dilakukan kerja sama untuk ketahanan pangan,” paparnya.
Selain membantu para petani, Pemkot Semarang juga berkomitmen mewujudkan pengeluaran sertifikat tanah masyarakat lewat program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Saat ini diakui, jika Pemkot Semarang manjadi nomor satu daerah yang tercepat menyelesaikan program tersebut.
“Sebenarnya kalau PTSL di Kota Semarang tinggal sedikit, jadi mungkin tinggal nol koma sekian persen. Karena kan memang pemkot memberikan hibah untuk pembiayaan yang pra sertifikasi, sehingga nanti mungkin di 2024 lebih concern ke aset pemkot yang lainnya,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah BPN Jateng, Dwi Purnama, mengapresiasi kinerja Pemkot Semarang dalam pencapaian program PTSL. Ia menyebut jika bantuan-bantuan Pemkot Semarang untuk program PTSL sangat meringankan beban masyarakat. Dirinya berharap, Pemkot Semarang bisa menjadi percontohan untuk penargetan program PTSL.
“Mungkin untuk daerah lain memang sesuai dengan Inpres (instruksi presiden), tentu saya minta bupati atau wali kota untuk memberikan anggaran ke dalam APBD dan itu dilindungi oleh Inpres. Sehingga bupati atau wali kota bisa berperan, tidak ada masalah. Seperti Kota Semarang atau daerah lain. Itu biaya BPHTB Wali Kota memberikan diskon 40 persen kepada masyarakat. Dan itu termasuk bagian membantu pengentasan kemiskinan extreme,” katanya.
Hery Priyono