blank
Bupati Indrata Nur Bayu Aji (ketiga dari kanan) bersama petani kakao di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jatim, mengamati biji kakao yang tengah dalam proses pengeringan.(Dok.Prokopim Pacitan)

PACITAN (SUARABARUI.ID) – Kebutuhan dunia akan kakao masih belum terpenuhi. Karena itu, peluang pasar internasional terhadap komoditas kakao masih terbuka. Sebab di pasaran dunia, masih kekurangan pasokan.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayu Aji, mengungkapkan hal itu saat melakukan pertemuan dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) se wilayah Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. Mas Aji (panggilan akrab Bupati Pacitan), minta agar petani kakao istiqomah (konsisten) menjaga kualitas.

Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, acara Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menggelar pertemuan dengan Gapoktan tersebut, dilaksanakan Kamis (26/10). Pertemuan tersebut dikemas dalam bentuk sarasehan bersama kelompok petani kakao.

Upaya membudidayakan kakao makin diminati masyarakat petani Pacitan. Tanaman dengan nama latin Theobroma Cacao L tersebut  hampir dapat dijumpai di wilayah  Pacitan. Salah satunya, di Desa Punung, Kecamatan Punung.

Meskipun lahan di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, banyak didominasi bukit kapur (karst), namun tanaman asal Amerika Tengah tersebut bisa tumbuh dengan baik.

”Kebutuhan pasar dunia terhadap bahan cokelat ini masih kurang, itu artinya kakao memiliki peluang pasar yang cukup besar, ini menjadi kesempatan bagi para petani, tandas Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayu Aji.

A Plus

Kepada para petani kakao di Pacitan, utamanya di Kecamatan Punung, diminta untuk istiqomah, dan bersikap konsisten dalam memperhatikan keinginan pasar, yakni dengan menjaga kualitas. Bupati minta, agar para petani memanfaatkan lahan yang tidak produktif untuk pengembangan kakao.

Untuk saat ini, jumlah tanaman kakao di wilayah Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, mencapai 15-20 ribu batang, dengan sebaran terbanyak di Desa Punung. Produksi ose (biji) kakao kering asal Pacitan, memiliki kualitas terbaik dengan predikat A plus.

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Punung, Endang Yatimi, menyatakan, kakao ini menjadi program unggulan kecamatan. ”Kita menargetkan tiga tahun ke depan, bisa memiliki desa wisata kakao,” ujarnya.

Sejak diperkenalkan pertama kali di awal Tahun 2012, komoditas kakao di Punung, Pacitan, semakin berkembang baik. Sokiman, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Punadirpa di Dusun Pakis, Desa Punung, menyebutkan, di tanah kering tanaman kakao bisa tumbuh dengan baik. ”Warga di sini, banyak memanfaatkan lahan-lahan tidur dan pekarangan, untuk bertanam kakao,” jelasnya.

”Dibanding komoditas perkebunan lainnya, kakao ini lebih memiliki prospek yang menjanjikan,” kata Sokiman.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pacitan, mencatat luas lahan tanaman kakao di Pacitan mencapai kurang lebih 5.832 Hektare (Ha). Tersebar di hampir semua wilayah dengan produksi kakao mencapai 400 ton per tahun.
Bambang Pur