Amir Machmud NS
Kurelakan Senja Memukim di Sini
biarlah kurelakan waktu terkubang di bening itu. Kesejukannya mengikat tulang hidup dan pori-pori rasa. Takkan kubiarkan lagi terusik suara-suara
kuterima sepenuhnya isyarat langit yang berpihak. Keteduhannya meyakinkanku mengakhiri perjalanan. Takkan kuikuti lagi langkah resah yang pasti hanya mencoba-coba
kupastikan senjaku memukim di sini. Berhenti dari gelisah mencari titik tak pasti. Bening jiwa telah mengikatku dengan payung langit seteduh ini
kupastikan meraih cahaya
di keyakinan senja.
(2023)
Amir Machmud NS
Belajar kepada Lapang Langit
aku belajar kepada lapang langit
yang mengikhlaskan waktu untuk memantulkan cahaya matahari
yang memberi ruang kepada mendung untuk meneduhi
kadang menampung kekecewaan yang merona lantaran hujan terbiarkan turun mengempas semesta
mestinya aku bertaklid mengikut cara langit
menebar terang dari terik siang
menemaramkan indah bumi dari cerah bulan
menerima tatapan bahagia
menampung keluh luka
selapang itu menyimpan berjuta rasa
seringan itu melipat rerupa warna jiwa
entah langit menyimpan rahasia apa dari lapis demi lapis yang terbuka
ada garis hidupku di sana
ada jalan nasibmu di sana
ada serentang jalan kita di catatan semesta
kucari di pintu manakah bisa mengintip rahasia hidupku?
(2023)
Amir Machmud NS
KAMI MELEPASMU DI KHIDMAT MALAM
— kepada Pakdhe-ku, Achmad —
kami melepasmu di kekhidmatan malam
di temaram keheningan makam
azan mengantar melingkar-lingkar
mencahayai sudut-sudut liang lahat
pun ketika talqin menuntunmu
kami rasai udara yang mengombak
getar angin yang meniup
oh, kau telah bersiap menerima Munkar-Nakir
datang menguji keyakinan
narasi talqin menampar-nampar hati
kuyakin kau telah tenang di semesta barzah
kami yang di sini mencecap teladan arwah
suara itu menuntunmu
namun lebih terasa menusuk-nusuk mengingatkan
ratusan pentakziah menunggui tuntas pemakamanmu
kau tak sendirian, percayalah
ketika sepasang malaikat datang mentestimoni
syahdu malam mencahaya
o, kau hadirkan terang
yang memijar dari amal-amalmu terbilang.
(23-05-2023)
Amir Machmud NS
Kematian
kematian menghamparkan pelataran jiwa
muhasabah dari kain kafan hingga kalimat-kalimat talqin
o, bukan soal muram putih kafan
ia justru mengembalikan relung kesadaran
: akan ada saat kau pasti mengenakan
kematian menyisipkan pesan rasa
mawas diri tentang ketidakberdayaan
tak bisa lagi memberontak dari kefitrian
selembar putih kain yang melipat seluruh jejak hidup
dan kau mulai dengan jejak baru
kematian meninggalkan keikhlasan
untuk hanya menggumamkan kebaikan
meniadakan jejalan noda yang pasti ada
kesadaran bukan sebagai manusia sempurna
yang semua berakhir dengan ujung persemayaman abadi.
(2023)
— Amir Machmud NS, wartawan dan penyair, tinggal di Semarang.Dia telah menerbitkan tujuh antologi tunggal, dan terlibat dalam 11 antologi puisi bersama.