BLORA (SUARABARU.ID) —Sejumlah 78 kelompok tani sentra tembakau di Blora menerima bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) dan sarana produksi (Saprodi) untuk budidaya komoditas tembakau, dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora.
Bantuan yang berasal dari anggaran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) itu secara simbolis diserahkan oleh Bupati Blora, di gedung Balai Benih DP4 Blora, Rabu, 17 Mei 2023.
Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, drh. R. Gundala Wejasena, MP., merinci jenis sarana prasarana yang diberikan kepada kelompok tani tembakau.
Yakni, antara lain 43 unit cultivator, 2 unit kendaraan roda tiga, 2 unit traktor roda dua, 25.000 kg NPK sangat rendah Khlor, 78.000 kg pupuk ZA, dan Plastik UV sebanyak 50 lembar.
Dikatakan, Kabupaten Blora juga merupakan penghasil tembakau dengan luas lahan lebih dari 1.000 Hektar. Tembakau yang ditanam oleh petani di kecamatan-kecamatan bagian utara Blora, dari Kecamatan Jiken sampai dengan Kecamatan Todanan adalah varietas kasturi yang merupakan tembakau kemitraan dengan PT Sadhana Arif Nusa.
“Sedangkan tembakau di bagian selatan Blora yang ditanam di Kecamatan Randublatung dan Kradenan adalah tembakau varietas gilang mancung dan gilang banteng,” ungkap Gundala Wejasena.
Di wilayah Kabupaten Blora, lanjut Gundala Wejasena, tanaman tembakau sebagian besar ditanam pada saat Masa Tanam (MT) 3 atau saat musim kemarau.
Hanya sebagian kecil yang ditanam pada saat MT 2 yang biasanya lahan masih ditanami padi.
Dikatakan, harga tembakau memang fluktuatif. Pada tahun 2020 harga kurang baik.
Pada tahun 2021 musim kemaraunya basah sehingga kurang sesuai untuk menanam tembakau.
Pada tahun 2022, petani yang menanam tembakau cenderung menurun dan hanya sedikit petani yang menanam tembakau.
Namun, harga yang diperoleh petani cenderung tinggi. Petani banyak yang untung besar meskipun tanamannnya tidak sebanyak tahun 2021.
Tahun 2023 ini diperkirakan musimnya cocok untuk budi daya tembakau. Karena harga tahun lalu yang tinggi, biasanya petani akan bertambah banyak yang menanam tembakau.
“Saat musimnya sesuai dan harga tahun lalu yang cenderung tinggi, akan mendorong petani untuk membudidayakan tembakau. Sehingga dengan pengelolaan yang baik, petani bisa mendapatkan peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan,” kata Gundala Wejasena.
Diharapkan alsintan dan saprodi itu bisa menjadi stimulan untuk meningkatkan produktivitas para petani tembakau yang ada di Blora, dan muaranya untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Stimulan, Apresiasi, Penyemangat
Saat penyerahan, Bupati Blora H. Arief Rohman, S.IP., M.Si mengatakan bahwa petani harus terus kreatif, inovatif, dan mencari terobosan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
Salah satunya berinovasi dengan menanam tembakau.
Pasalnya, tembakau merupakan salah satu komoditas yang berpotensi besar untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
“Petani yang kreatif, akan berani mengambil resiko untuk menanam tembakau. Tembakau ini bisa jadi pahit rasanya, namun akan terasa manis saat bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Tentu saja hal ini tidak mudah,” jelas Bupati Blora.
Disampaikan, budidaya tembakau memang tidaklah semudah menanam padi atau jagung. Tetapi tidak ada yang sulit jika mau belajar dan tekun.
Dan, Pemerintah Kabupaten Blora juga memberikan dukungan kepada para petani yang menanam tembakau.
Bentuk dukungan itu, Pemkab Blora memberi stimulan, apresiasi, penyemangat kepada petani tembakau dengan memfasilitasi petani tembakau berupa stimulan bantuan 43 unit cultivator untuk 43 kelompok tani.
Cultivator tersebut untuk dangir tembakau. Dengan menggunakan cultivator bisa menghemat biaya produksi dari sisi efektifitas penggunaan tenaga kerja.
Bantuan lain berupa traktor roda 2, kendaraan roda 3, dan plastik UV, untuk menekan biaya produksi dengan mekanisasi olah tanah, alat transportasi dan perlengkapan pascapanen.
Selain Alsintan, Pemkab Blora juga membantu sarana produksi berupa pupuk NPK rendah khlor dan Pupuk ZA, yang mana pupuk ini untuk membantu menekan biaya sekaligus meningkatkan kualitas tembakau.
Kudnadi Saputro