blank
Mbah Soleh (duduk) mulai memproduksi arum manis. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) –Pria renta itu bernama Imam Soleh (73) warga Dusun Sucen, Desa Lesanpuro, Kajoran, Kabupaten Magelang. Meski sudah tergolong tua, pria dengan nama panggilan Mbah Soleh itu masih bertahan dengan usaha jajanan arum manis tradisional, mengayuh sepeda sampai jauh.

Kondisi sepedanya pun sudah tergolong lawas. Sadel atau tempat duduknya sudah jebol. “Mboten napa-napa kangge aji pengasihan kula,” guraunya.

“Saya pernah sampai Alun-alun Kidul dan Malioboro, Yogyakarta, pernah sampai Purworejo, juga sampai Kepil, Wonosobo,” katanya.

Ketika ditemui pagi ini, Sabtu (37/8/22), dia tengah memasarkan dagangannya di depan Balaidesa Wringinputih, Borobudur. Pagi ini dia memanfaatkan adanya keramaian berupa karnaval yang akan digelar di sana. Masih cukup pagi dia sudah sampai di sana karena Jumat (26/8) malam tidur di emper toko Borobudur.

Pria dengan lima putra ini memang pulang ke rumahnya, dua hari sekali. Tak lain karena perjalanan yang ditempuh cukup jauh dari rumahnya.

“Kula tasih doyan mangan. Mula kudu kerja (saya masih doyan makan. Maka harus bekerja),” katanya.

blank
Mbah Soleh melayani konsumen, hari ini. Foto: eko

Lantas setiap hari berapakah hasil yang diperoleh?. “Kalau ramai bisa mendapat uang Rp 50 ribu. Pernah tidak mendapat uang sama sekali,” katanya.

Penghasilan dia untuk apa?. Uang hasil kerja diberikan kepada istrinya. Untuk membeli kebutuhan hidup sehari hari. “Niku kangge mbangun katresnan (itu untuk membangun cinta),” tuturnya.

Dia berdagang arum manis sejak tahun 1980. Sebelumnya
pedagang minyak tanah eceran juga pernah menjual gas elpiji 12 kg. Namun sejak harganya melambung, dia menghentikan usaha itu.

Pria yang lahir pada tahun 1949 itu mengenal usaha arum manis ketika berada di Jakarta. Waktu itu alat pembuat arum manis dia beli seharga Rp 500 ribu.

Mbah Soleh dikaruniai lima putra. Anak paling besar kini berada di Banten. Putra terakhirnya kelas III SMP Margosari, Salaman. “Kalau bisa tahun depan akan melanjutkan sekolah di SMA Negeri Salaman,” harapnya.

Untuk menopang penghasilan suami, istrinya membuat keranjang untuk tempat ikan pindang. Keranjang tersebut disetor kepada pengepul.

Eko Priyono