Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen saat melepas tim Jelajah Energi yang berlangsung di halaman Kantor Gubernur. Foto: Ning Suparningsih

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, melepas tim Jelajah Energi yang berlangsung di halaman Kantor Gubernur, Selasa (28/6/2022).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng ini menggandeng akademisi, NGO, mahasiswa dan media massa akan berkeliling ke daerah-daerah yang memiliki praktik dalam mengelola dan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT).

“Ini merupakan sebuah terobosan bagus yang dilakukan dalam kampanye energi terbarukan, dan memblow up insan atau kelompok masyarakat yang inovatif, dalam penyediaan energi baru terbarukan dan ramah lingkungan ini,” kata Taj Yasin saat memberikan sambutan.

Disampaikan bahwa pertumbuhan penduduk, pembangunan dan semakin berkembangnya sektor industri membuat kebutuhan energi semakin meningkat.

“Apabila tidak ada langkah tepat dalam mengelola energi, maka akan terjadi krisis energi. Agar krisis tidak terjadi, perlu upaya diversifikasi dan konservasi energi serta sumber energi baru terbarukan,” ujarnya.

Disebutkan, Pemprov Jateng sudah memiliki Perda Nomor 12 tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi Daerah.

“Perda ini bertujuan agar tercipta kebijakan energi daerah yang selaras dengan kebijakan energi nasional dan kebutuhan daerah. Selain itu, regulasi tersebut menjadi dasar untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi daerah dan nasional, sekaligus upaya Pemprov Jateng dalam meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT),” ungkapnya.

Menurutnya, potensi EBT di Jawa Tengah sangat besar. Salah satunya energi surya. Secara geografis, Jawa tengah berada di daerah khatulistiwa yang letak astronomisnya pada 100 Lintang Selatan.

Dirinya menjelaskan, pada letak astronomis tersebut, Jawa Tengah mendapat intensitas penyinaran matahari 3,5 kwh/m2/hari sampai 4,67 kwh/m2/hari. Dengan intensitas penyinaran itu, seluruh wilayah Jawa Tengah dapat dibangun PLTS.

Untuk potensi energi air pembangkit listrik berkapasitas kurang lebih 386,32 megawatt, Jawa Tengah memiliki potensi itu di Kabupaten Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Brebes, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Kebumen, Wonosobo, Temanggung, Klaten, Magelang, Cilacap, Purworejo, Boyolali, Wonogiri, Semarang dan Kota Semarang.

“Potensi panas bumi di Jawa Tengah secara hipotetik diperkirakan sebesar 2.500 megawatt atau 5,7% dari seluruh cadangan nasional sebesar 29.000 megawatt. Adapun yang sudah operasional di Dieng dengan kapasitas kurang lebih sebesar 1 x 60 megawatt atau 5,1% dari kapasitas total nasional yang sebesar 1.189 megawatt,” urainya.

Pengembangan energi dari non fosil juga dilakukan dengan memanfaatkan kotoran ternak, dan limbah pabrik tahu untuk biogas.

“Masyarakat Jawa Tengah antusias dalam memanfaatkan energi ini. Buktinya dapat dilihat pada pengembangan biogas di Boyolali dan Wonogiri. Melalui stimulus di beberapa demplot oleh pemerintah daerah dan organisasi non pemerintah, masyarakat mau mengembangkan secara mandiri energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi sebagai pengganti LPG,” tuturnya.

Dirinya berpesan kepada masyarakat luas agar mengetahui pengembangan energi baru terbarukan yang tengah digencarkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Taj Yasin meminta kepada tim Jelajah Energi Jawa Tengah agar gencar berkampanye di semua tempat yang nantinya dilalui maupun dikunjungi.

Dia menambahkan, keberhasilan dalam mengembangkan EBT, nantinya akan menambah kesejahteraan masyarakat, karena mereka dapat menghemat biaya energi hingga 30%. Di samping itu, dapat menekan kerusakan lingkungan.

Sementara itu Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko menyampaikan, kegiatan Jelajah Energi Jawa Tengah akan berlangsung selama 4 hari mulai 28 Juni hingga 1 Juli 2022.

“Tim Jelajah Energi ini akan berkunjung ke Cilacap untuk melihat bagaimana sampah yang dikelola di TPA dapat menjadi energi yang dikonsumsi untuk industri semen. Mereka juga akan melihat bagaimana rumah sakit memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah untuk pertanian di Banyumas,” terang Sujarwanto.

Menurutnya, rangkaian kegiatan ini agar menjadi greget bagi semua, untuk masyarakat menuju transisi energi yang berhasil.

Ning Suparningsih