CIREBON (SUARABARU.ID) – Sejumlah pemakai jalan memprotes rekayasa alur lalu lintas yang dilakukan polisi di jalur mudik di jalur Pantai Utara atau Pantura, tepatnya di Bypass Kota Cirebon.
Pemrotes adalah warga lokal, yang menilai rekayasa yang dibuat polisi di jalur mudik itu justru mengakibatkan kemacetan, baik dari arah Jakarta menuju Jawa Tengah maupun sebaliknya.
Seorang ibu (emak-emak) warga Kota Cirebon nekat melakukan protes keras terhadap petugas dengan membanting helm hingga menjatuhkan diri.
Petugas berupaya untuk menenangkan ibu tersebut, namun upaya itu malah membuatnya menangis dan jatuh pingsan. Petugas juga sempat mendengarkan keluhan dari ibu yang hendak menyeberang dan pergi ke Kesambi.
Petugas kewalahan membujuk ibu-ibu tersebut untuk bangun, sehingga membawanya ke Klinik Dokkes menggunakan mobil ambulan guna mendapat penanganan medis.
“Ibu-ibu itu mengamuk karena dilarang putar arah dari petugas, saat hendak menyebrang menuju wilayah Kesambi Kota Cirebon,” kata AKP Muhyidin, Ka Pos Pam Harjamukti, seperti dikutip SuaraJabar.Id jaringan Suara.com, Sabtu (30/04/2022)
Dijelaskan Muhyidin, ibu-ibu ini awalnya menolak jalan terus dan tidak melakukan putar arah. Namun, ia nekat hendak menerobos water barier yang dipasang di Perempatan Harjamukti Kota Cirebon.
Sempat terjadi adu mulut antara ibu-ibu ini dengan petugas, hingga pada akhirnya ibu-ibu mengamuk dan membanting helm miliknya.
“Kami sudah berupaya beri pemahaman ke ibu itu, untuk tidak putar arah. Tapi tetap memaksa, hingga kami ambil alih sepeda motornya untuk dibawa ke tepi jalan. Justru ibu itu malah ngamuk di tengah jalan,” katanya.
Pihaknya, sempat berupaya meredam emosi ibu yang kesal dengan adanya rekayasa arus tersebut. Tapi ibu itu justru protes keras hingga menjatuhkan diri di aspal dan pingsan.
“Ibu itu pingsan, waktu kami angkat ibu itu, justru menahan dan memaksa untuk tetap menyebrang arus yang sedang ditutup,” katanya.
Ia menyebutkan, rekayasa arus lalu lintas ini dilakukan untuk memperlancar laju kendaraan dari arah Jawa dan Jakarta yang tampak padat. Namun, masyarakat lokal kurang memahami agenda tahunan yang membuat arus lalu-lintas menjadi padat.
“Rekayasa lalu-lintas ini, kami lakukan untuk memperlancar arus mudik. Tapi masyarakat tetap memaksa melawan petunjuk yang dilakukan petugas,” katanya.
wied