Upacara pemakaman Adat Batak/ Foto: Dok: Rona

SUKU Batak merupakan suatu suku yang tinggal di Provinsi Sumatera Utara. Secara etnis, suku Batak terdiri dari lima kelompok.

Yaitu suku Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing (Angkola), dan Batak Pakpak (Dairi). Masing-masing punya bahasa yang berbeda yang memiliki Bahasa yang berbeda.

Suku Batak memiliki upacara adat yang beragam. Misalnya dalam perkawinan juga dalam upacara kematian, saat pemakaman seseorang yang meninggal dunia. Dalam upacara ini, ada satu benda yang wajib untuk disiapkan, yaitu Sijagaron.

Sijagaron adalah tanaman yang dirangkai dengan beberapa benda lain yang digunakan dalam upacara pemakaman. Benda itu ditemui dalam sebuah pesta pemakaman adat Batak yang digelar di Lubuk Pakam beberapa tahun lalu. Sijagaron diletakkan di samping bagian atas peti mati orang meninggal.

Dalam tradisi suku Batak, orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian ini diklasifikasikan berdasarkan usia dan status orang yang meninggal dunia.

Untuk yang meninggal ketika masih berada dalam kandungan belum mendapatkan perlakuan adat khusus, (langsung dikubur tanpa peti mati).

Tetapi bila mati ketika masih bayi, mati ketika saat anak-anak, mati saat remaja, dan mati saat sudah dewasa tapi belum menikah, keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat. Mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum dikuburkan.

Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang mati telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan/mate punu).

Kemudian telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar). Lalu telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum bercucu (mate hatungganeon)

Perlakuan berbeda pula bagi jenazah yang telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua). Telah bercucu tapi tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua)

Pada masa megalitik, kematian seseorang pada usia tua yang telah memiliki keturunan, akan mengalami ritual penguburuan dengan tidak sembarangan. Karena kedudukannya kelak merupakan sebagai leluhur yang akan disembah.

Mate saur matua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara bagi masyarakat Batak (terkhusus Batak Toba), karena mati saat semua anaknya telah berumah tangga.

Rona Napitupulu