Klenteng Hian Thiang Siang Tee Welahan (Foto : Kanal Budiarto )
Penulis dan almarhum Sugandi, tokoh yang memilikim komitmen dalam merawat Klenteng Hian Thiang Siang Tee Welahan

Oleh : Hadi Priyanto

Beberapa abad yang lalu  konon  ada sebuah perahu yang  berlayar dari Tiongkok menuju Pulau Jawa. Di dalam rombongan tersebut terdapat seorang pendeta Hok-Kian yang bernama Hwee Shio. Di dalam kapal tersebut juga ada Tan Siang Hoe. Kepergiannya dari Tiongkok menuju Jawa adalah untuk menyusul saudaranya, Tan Siang Djie. Dalam perjalanannya yang cukup memakan waktu lama itu akhirnya keduanya  berteman.

Karena  perjalanan sangat jauh pendeta Hwee Shio   kelelahan dan  jatuh sakit. Dengan ketulusannya Tan Siang Hoe memberi obat dan merawatnya hingga pendeta Hwee Shio sembuh. Tentu saja ia sangat bersyukur atas pertolongan yang diberikan oleh Tan Siang Hoe dan sekaligus ia merasa berhutang budi.

Sebagai ungkapan rasa terima kasih,  pendeta  Hwee Shio memberikan tanda mata berupa satu bungkusan  yang berisi  gambar Hian Thian Siang Tee,  Poo-Kiam, sebuah klenteng di Tiongkok yaitu Klentheng Pho To San  yang terkenal dengan nama Kiem Thiauw Giok Lam Kam, tempat Nian Thiam Siang Tee, yang paling terkenal di Tiongkok.

Saat menyerahkan barang tersebut  pendeta Hwee Shio berpesan  kepada Tan Siang Boe agar barang tersebut dijaga dan di rawat dengan baik. Setelah itu Tan Siang Boe melanjutkan perjalanan ke Jawa dan mendarat di Semarang. Sedangkan  Hwee Shio mendarat di Singapura.

Setelah tiba di Semarang, Tan Siang Boe tiba menginap dirumah perkumpulan Kong Kwan. Di situ dia memperoleh penjelasan bahwa saudara tuanya yang bernama Tan Siang Lie berada di daerah Welahan Jepara. Atas dasar informasi tersebut, dia pergi menjumpai Tan Siang Lie.

Dari Semarang, Tan Siang Boe naik perahu menuju Welahan untuk bertemu dengan saudara laki-lakinya. Ia juga membawa barang-barang yang diberikan oleh pendeta Hwee Shio.  Di Welahan inilah dia bertemu saudara tuanya yang menetap sementara dan berkumpul dalam satu rumah dengan keluarga Lien Tjoe Tian. Rumah keluarga ini  terletak di gang Pinggir.

Setelah beberapa lama Tan Siang  Boe menetap dengan kakaknya di Welahan,  maka dia pergi  bekerja keluar daerah. Karena takut hilang ia  menitipkan barang yang berisi barang kuno pemberian pendeta Hwee Shio kepada kakaknya.  Mengingat keselamatan barang tersebut, Tan Siang Lie   menitipkan barang milik adiknya   kepada pemilik rumah yang bernama Lien Tjoe Tian. Barang tersebut  kemudian disimpan diatas loteng rumah.

Namun betapa terkejutnya keluarga ini. Sebab setiap tanggal  3  bertepatan dengan hari lahir “Sha Gwe” yaitu  hari Imlek Seng Tam Djiet   benda-benda  pemberian pendeta Hwee Shio mengeluarkan daya gaib berupa cahaya seperti barang terbakar. Selain itu dari dalam bungkusan barang tersebut keluar naga dan kura-kura yang sangat menakjubkan bagi seisi rumah.

Karena kejadian tersebut di panggillah Tan Siang  Boe yang semula menitipkan barang tersebut untuk kembali ke Welahan guna membuka barang  yang tersimpan di dalam kantong tersebut. Setelah itu dibuka dan diperlihatkan kepada seisi rumah. Disamping itu  dia juga menceritakan kronologi tentang asal usul barang pusaka kuno Tiongkok yang dia miliki.

Menurut cerita tutur, barang tersebut adalah barang-barang pusaka  dari peninggalan Paduka Hian Tian Siang Tee. Karena itu  wajib dipuja menurut adat leluhur Tionghoa. Dari sinilah membuat Kangco Hian Tian Siang Tee dipuja oleh banyak orang dalam berbagai bangsa. Karena itulah mulai dibangun Klenteng Welahan.Klentheng ini dipakai sebagai tempat pemujaan dan sekaligus tempat menyimpan barang-barang peninggalan Hian Tian Siang Tee.

Konon     pusaka Tiongkok yang pertama kali masuk ke  Indonesia adalah pusaka  yang diberikan oleh pendeta Hwee Shio kepada  Tan Siang Boe. Pusaka yang disimpan di Klenteng  Welahan itu terdiri dari Hian Thian Siang Tee,  Poo-Kiam,  Kitab,  Ular Hijau dan  kura-kura yang ada tanda Pat Kwa. Konon menurut cerita,  keberadaan klenteng di Welahan adalah klenteng yang paling tua di Indonesia.

Pengunjung klenteng  bukan hanya didominasi oleh orang keturunan Tionghoa saja,  akan tetapi juga orang pribumi yang berdatangan berbagai kota maupun provinsi untuk pengobatan.  Namun diantara mereka banyak juga yang ingin menyaksikan sebuah kekayaan budaya yang demikian luar biasa.

Sebelum kemerdekaan, perayaan peringatan Kongco Hian Tian Tee yang jatuh pada bulan Imlek Sha-Gwe tanggal 3. Biasanya dirayakan paling sedikit sampai tiga minggu lamanya. Namun perayaan tersebut seringkali hanya berlangsung beberapa hari saja, tergantung pada kesepakatan pengurus klenteng..

Sebelum tahun 1965 patung arca kecil di klenteng Welahan yang terbuat dari emas pada musim wabah penyakit diarak ketempat wabah untuk menolak roh-roh jahat bersamaan dengan perayaan ulang tahun klenteng. Anehnya banyak warga masyarakat yang sedang menderita penyakit langsung dapat disembuhkan.

Penulis adalah Wartawan Suarabaru.id dan Pegiat Budaya di Jepara