KUDUS (SUARABARU.ID) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif memberikan apresiasi atas inovasi bahan bakar minyak (BBM) dari kelapa sawit atau Bensa yang dikembangkan PT Pura Group Kudus bersama Pusat Rekayasa Katalisis ITB dan Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDKS).
Menteri mendorong agar inovasi tersebut bisa terus berkembang demi tercapainya kemandirian energi. “Kami apresiasi semua pihak yang tekait dalam project ini dan tentu kami dorong supaya ini bisa terus berkembang lagi,” menteri saat menyaksikan uji coba penggunaan Bensa di PT Pura Engineering, Kudus, Selasa (25/1).
Arifin mengatakan, konversi minyak kelapa sawit menjadi fraksi bensin merupakan upaya pencarian energi alternatif sebagai pengganti suplai berbasis minyak bumi. Produksi sawit yang dihasilkan dari unit percontohan produksi bensa adalah bahan bakar fraksi bensin berkualitas tinggi.
Menurut Arifin, teknologi ini merupakan hasil perancangan, konstruksi, dan pengujian oleh Pusat Rekayasa Katalis Institut Teknologi Bandung bersama Divisi Engineering PT Pura Barutama dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit (BPDPKS).
“Nah, dari skala uji coba sekarang ini, 1.000 liter umpan juga dihasilkan bahan bakar bensa yang pada saat katalisnya masih segar bisa menghasilkan ruang 150, tentu saja bensin yang memiliki kualitas tinggi,” ungkapnya.
Arifin berujar, Indonesia memiliki banyak energi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
“Di sektor ESDM, selain sektor energi kita juga memiliki mineral dan batubara. Ini juga menjadi kesempatan bagi Pura melihat potensi bagaimana kita bisa mengolah sumber daya alam ini, sehingga menghasilkan produk yang lebih tinggi,” sambung dia.
Arifin mengaku proyek tersebut masih membutuhkan waktu lama agar bisa dikomersialkan. Dia pun berharap agar nantinya di setiap daerah bisa mandiri terhadap energi.
“Tentunya bisa mengambil parameter penting menuju arah skala produksi yang komersial, sawit kita banyak untuk jadi sumber IVO (Industrial Vegetable Oil). Harusnya kita bisa manfaatkan. Bagaimana kita bisa membuat desa mandiri terhadap energi, kecamatan bisa mandiri terhadap energi,” terang dia.
Meski masih butuh waktu yang panjang, namun langkah pengembangan IVO ini dinilai langkah yang tepat untuk menciptakan energi yang versih dan terbarukan.
“Tuntutan ke depan bagaimana kita bisa melaksanakan proyek ini agar memiliki nilai komersial yang kompetitif,” ungkap dia.
Senada, Bupati Kudus HM Hartopo yang turut hadir dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi khusus bagi PT Pura Group.
Selain dikenal sebagai industri kertas, PT Pura ternyata juga memberikan sumbangsih pada riset pengembangan teknologi.
“PT Pura ini merupakan kebanggaan masyarakat Kudus. Bukan hanya Bensa saja, tapi ternyata PT Pura juga mengembangkan banyak alat teknologi lainnya,”kata Hartopo.
Sementara itu, Perwakilan PT Pura Group, Dandi Zulkarnain, mengatakan secara teknis ada beberapa tahapan proses konversi energi minyak kelapa sawit.
Secara sederhana, proses diawali penghilanhan getah dan pengotor logam yang terkandung dalam minyak sawit.
Selanjutnya adalah pemrosesan dilakukan dalam reaktor untuk merubah IVO tersebut me jadi crude gassoline.
“Crude Gasoline ini didistilasi untuk menghasilkan bensa. Kedua proses ini dilangsungkan dalam rangkaian unit yang dinamakan mesin bensa,” terangnya.
Prof Subagjo selaku Ketua Tim Pusat Rekayasa Katalisis ITB mengatakan, produk Bensin dari sawit ini memiliki nilai Research Octane Number, RON 105-112, artinya sangat tinggi. Oktan dari Bensa ini jauh di atas dari Pertamax dan Pertalite.
Tm-Ab