Oleh: Mohammad Dalhar
Perusahaan dagang Belanda yang dikenal dengan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) awal abad ke-17 memiliki peran sentral dalam panggung sejarah Indonesia. Perjalanan kerajaan-kerajaan di Nusantara tidak lepas dari maskapai dagang tersebut. Di Jepara, jejak peninggalannya tampak dalam bangunan benteng yang disebut sebagai Fort Japara. Lokasinya berada di kawasan Jepara kota, satu kompleks dengan makam pahlawan. Beberapa waktu yang lalu, penulis mengunjunginya. Secara umum Benda Cagar Budaya (BCB) tersebut dalam kondisi yang relatif baik. Di bagian depan dihiasi dengan taman dan tempat bersantai bagi para pengunjung.
Pintu utama benteng dibuat sedemikian rupa dengan kondisi aslinya. Nuansa khas benteng Belanda begitu terasa pada pintu masuk. Pada bagian dalam terdapat bermacam jenis tanaman yang sengaja ditanam untuk menjadikan suasana lebih nyaman. Singkatnya, bangunan bersejarah itu tampaknya akan direvitalisasi. Namun, papan informasi seputar sejarah atau perjalanan fungsi benteng belum ditemukan di sana. Berdirinya benteng VOC di Jepara atau yang dikenal dengan Fort Japara menjadi bukti bahwa Jepara merupakan salah satu kota penting pada awal abad ke-17. Dalam sejarahnya, jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, pada masa pemerintahan Demak, Jepara memegang peran penting dalam sektor perdagangan. Peran tersebut berlanjut ketika banyak pedagang Eropa, khususnya Belanda datang ke Nusantara.
Agustinus Supriyono (2015) dalam tinjauan historis Benteng VOC di Jepara menjelaskan bahwa Fort Japara didirikan sekitar 1680-an. Di samping sebagai markas pertahanan dan kantor dagang, benteng tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat Eropa. VOC didirkan para pedagang swasta Belanda pada 1602 untuk memonopoli dan melakukan ekspansi dengan penguasa lokal, termasuk Jepara. Dengan cara militer, intervensi konflik internal kerajaan-kerajaan di Jawa dan adu domba (devide et impera) kompeni VOC akhirnya berhasil menguasai kota-kota pelabuhan di sepanjang pantai utara Jawa. Hampir di setiap kota yang yang berhasil dikuasai, didirikan benteng unutk melindungi kepentingan bisnisnya (Ricklefs, 1981).
Kondisi laut yang relatif tenang menjadikan banyak kapal berlabuh di Jepara. Pelabuhan Jepara adalah pelabuhan militer pada masa Demak yang semakin dikembangkan ketika Jepara diperintah Ratu Kalinyamat. Fungsi pelabuhan tetap bertahan dengan baik ketika Jepara menjadi bagian Mataram Islam. Artinya, secara fisik kondisi pelabuhan masih bagus, – baik secara fisik maupun jaringan perdaganannya- sehingga ketika dikuasai VOC, pelabuhan Jepara bisa langsung dimanfaatkan.
Benteng Jepara dibangun VOC untuk melindungi kantor dagang Jepara dan pelabuhan-pelabuhan di sekitarnya terhadap ancaman atau serangan dari laut. Oleh sebab itu, di dalam loji atau kantor dagangnya itu dilengkapi dengan markas tentara (legercamp) dan semakin dikembangkan menjadi benteng. Hal ini dilakukan karena Jepara dijadikan sebagai pusat pemerintahan VOC di pantai timur laut Jawa (Noord Oostkust van Java). Revitalisasi Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjadikan peninggalan sejarah tersebut memiliki kontribusi untuk masa kini. Bukan sebatas kepentingan pariwisata, tetapi lebih dari itu adalah untuk pengembangan pengetahuan masyarakat.
Dalam bidang pengetahuan, masih ada arsip kolonial, baik yang tersimpan di Arsip Nasiona Republik Indonesia (ANRI) Jakarta maupun arsip di Belanda. Arsip berupa gambar atau peta akan dapat membantu untuk merekonstruksi bangunan benteng. Selain itu, dapat juga banyak digali pemanfaatan benteng maupun seputar kegiatan perdagangan, hunian, maupun aktivitas lainnya di sekitar benteng. Hal ini akan memperkaya khasanah pengetahuan masyarakat tentang Jepara di masa lalu. Hal ini tentu membutuhkan kerja keras dari banyak pihak, terutama adalah para pegiat sejarah atau peneliti untuk melakukan ekplorasi data.
Bersamaan dengan penggalian data, promosi pariwisata sejarah dapat dilakukan. Bermacam media dapat digunakan untuk menjadikan masyarakat mengenal dan mengunjungi obyek bersejarah ini. Bermacam fasilitas penunjang dapat dihadirkan untuk menjadikan Benteng Jepara menjadi obyek yang layak dikunjungi. Terlebih adalah bagi para pelajar agar mengetahui tentang rekam jejak aktivitas VOC di Bumi Kartini.
Bukan hanya itu, di wilayah Jepara timur ada juga Benteng Portugis yang dapat dikembangkan serupa. Butuh penjelasan, apakah Benteng Portugis itu benteng yang dibangun oleh orang-orang Portugis yang singgah atau benteng yang dibangun pada masa Ratu Kalinyamat. Mengingat dalam sejarahnya belum pernah orang-orang Portugis dalam jumlah besar datang ke Jawa. Tome Pires adalah orang Portugis yang banyak menulis tentang Jawa tidak menyebutkan tentang benteng yang dibangun oleh Portugis di Jepara. Butuh kajian lebih lanjut.
Singkatnya, mengkaji sejarah VOC bukan bermaksud untuk menghadirkan kejayaan bangsa lain di negeri sendiri. Kita harus obyektif melihat sejarah, bahwa VOC pernah besar dan menguasai sebagian besar perdagangan beras di Jepara pada khususnya. Hal ini juga yang menjadi awal penjajahan dan berdirinya negera Hindia Belanda. artinya, di balik berdirinya Jepara Fort tersimpan banyak pelajaran yang penting bagi generasi hari ini agar lebih bijak dalam menatap masa depan.
(Mohammad Dalhar, Pegiat sejarah dan budaya Jepara. Tinggal di Jepara).