blank
Sejumlah pengunjung Alun-alun Kota Magelang pada malam Minggu membaca buku yang disediakan Komunitas Literasi Sosial. (Dok)

 

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Setiap malam Minggu kini ada suasana berbeda di Alun-alun Kota Magelang, tepatnya di depan Matahari Departmen Store.

Mulai pukul 16.00 hingga 23.00, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Literasi Sosial membuka lapak buku bacaan gratis di sisi timur alun-alun tersebut.

Kegiatan ini bermula dari keresahan soal minimnya literasi pada masa kini. Komunitas ini lalu berinisiatif membuka lapak buku bacaan. Ternyata disambut baik oleh masyarakat yang menikmati malam Minggu di lokasi itu.

Salah seorang anggota Komunitas Literasi Sosial, Farhan Sofyan menerangkan, komunitas ini terbentuk dari teman tongkrongan semasa SMA. Sewaktu masih berseragam putih abu-abu, mereka sudah memiliki rencana untuk membuka perpustakaan.

‘’Kami memang ingin membuka perpustakaan, karena punya keresahan yang sama mengenai masyarakat masa sekarang yang minim tentang literasi. Lalu kami terpikir untuk menyediakan lapak buku bacaan gratis di jantung Kota Magelang pada Maret 2021,’’ katanya.

Dia mengatakan, membuka lapak bacaan gratis merupakan kegiatan utama dari komunitas ini. Selain itu, juga menggelar diskusi mimbar. Setiap kali membuka lapak, pihaknya menyajikan beragam buku bacaan yang bisa untuk semua kalangan.

‘’Sasaran kami memang semua kalangan, dari anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua. Maka, buku yang kami sajikan juga beragam, dari komik, filsafat, agama, sosial, politik, pengetahuan umum, sastra dan masih banyak lainnya,’’ ujar Farhan.

Anggota lainnya, Enggar Priambodo menjelaskan,  buku yang tersedia sebagian besar merupakan koleksi pribadi dari anggota komunitas serta hasil donasi dari masyarakat. Komunitasnya terbuka menerima donasi buku apapun bisa dihubungi melalui media sosial komunitas, yakni instagram @literasisosial_

‘’Kami juga kerap membuat diskusi mimbar dan kegiatan sosial kemanusiaan, seperti donasi untuk PAUD di Muntilan. Lalu pasar gratis di Bandongan dan nonton bareng serta bedah film, seperti film Kinipan dan film KPK End Game di Kedai Mbah Hogen,’’ tuturnya.

Enggar melanjutkan ceritanya, selain melaksanakan kegiatan sendiri, juga sering kolaborasi dengan pihak lain untuk partisipasi dalam acara tertentu. Tujuannya agar saling kenal dan menjalin silaturahmi yang kuat antarkomunitas ataupun perseorangan.

Menurutnya, di awal terbentuk, komunitasnya sempat mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas. Pasalnya, komunitas ini terbentuk saat masa pandemi Covid-19, sehingga beberapa kegiatan tidak bisa berjalan dengan maksimal.

‘’Kendala ketika masih masa PPKM, karena waktu itu memang jalan ke arah kota ditutup, pihak berwenang juga menerapkan jam malam di alun-alun, sehingga kami tidak bisa membuka lapak dan harus menghentikan kegiatan walaupun belum usai,’’ terangnya.

Alvin Reza, salah satu pelopor Komunitas Literasi Sosial menuturkan, komunita sini diprakarsai oleh 6 orang, yakni Farhan Sofyan, Anis Saiful, Enggar Priambodo, Baruna Bima, Yogi Ivan dan Alvin Reza. Keenam anak muda penuh semangat ini tergabung dalam satu tongkrongan saat SMA.

‘’Sekarang anggota sudah ada 15 orang. Kami sangat terbuka untuk anggota baru dan tidak hanya terpaku untuk kalangan mahasiswa. Tidak ada syarat khusus untuk bergabung, yang penting konsisten dan bertanggung jawab,” ungkapnya.

Komunitas Literasi Sosial memiliki rencana ke depan, yakni membuat zine, mengajar sekolah jalanan dan banyak kegiatan lainnya.

 

Doddy Ardjono