(SUARABARU.ID) – Ralf Rangnick tinggal meneken kontrak untuk menjadi manajer Manchester United (MU) hingga akhir musim 2021-2022.
Dalam plot awal, Rangnick (63) hanya sebagai manajer interim dan kemudian mengincar posisi lebih tinggi dengan fungsi konsultan di jajaran manajemen.
Dengan masuk manajemen, pria asal Jerman iniakan memiliki kewenangan lebih luas terhadap sisi teknis dan nonteknis The Red Devils.
Rangnick mengadopsi gaya melatih Ernst Happel, Valery Lobanovsky, Arrigo Sacchi, dan Zdenek Zeman.
Dalam perkembangannya, sistem gegenpressing racikan Ralf lalu ditiru Juergen Klopp, Thomas Tuchel, Ralph Hasenhuettl, dan Julian Nagelsmann.
Dengan filosofi revolusioner (yang mengandalkan pressing tinggi dan sangat agresif), dia sukses membawa klub seperti Ulm, Hannover, Schalke, Hoffenheim, hingga RB Leipzig disegani di Bundesliga.
Rangnick digelari raja promosi karena berjasa meroketkan klub-klub yang dia tangani dari kasta bawah ke level teratas Liga Jerman.
Bukan cuma lewat aspek permainan memikat, dia juga membangun tim melalui manajemen berkelanjutan dengan mengorbitkan setumpuk pemain muda sebagai tulang punggung.
Kemampuan ini yang membuat Rangnick melebarkan sayap fungsi kontrolnya menjadi direktur sepak bola, terakhir menjabat kepala divisi olahraga dan pengembangan di Lokomotiv Moskwa.
Identitas gegenpressing yang melekat dengan Rangnick inilah yang membuat suporter Setan Merah bergairah.
Manajer sebelumnya, Ole Gunnar Solskjaer, kerap dikritik tak memiliki prinsip yang jelas soal cara membangun tim dan mengimplementasikan ke dalam gaya bermain.
Rekam jejak Sang Profesor dalam membangun skuad tak usah diragukan lagi.
Namun, MU bakal menjadi lingkungan berbeda buat Ralf.
Pria kelahiran Backnang itu belum pernah menukangi tim sebesar The Red Devils dengan setumpuk pemain bintang di semua lini.
Selama ini Rangnick bekerja sama dengan para pemain muda atau semenjana yang dia poles menjadi bintang dan kelak memiliki harga mahal sebagai komoditas caplokan klub-klub top Eropa.
Jika ukurannya gelar, Rangnick memang belum meraih titel bergengsi.
Pencapaian terbaiknya hanya memenangi Piala Jerman (DFB Pokal) 2011 bersama Schalke.
Tantangan Rangnick di Old Trafford adalah mengendalikan ego para pemain bintang agar integrasi filosofinya lebih mudah tercapai.
rr