JC Tukiman Tarunasayoga
Memasuki awal November (saja) sudah ada daerah terlanda banjir bandhang; maka wajar sertamerta muncul peringatan: “Waspadalah untuk bulan-bulan selanjutnya,” mengingat curah hujan pada Desember, Januari bahkan Februari besar peluangnya lebih tinggi. Banjir disebut bandhang apabila banjir itu besar, membawaserta kerusakan sejumlah infrastruktur, pun menimbulkan korban; namun dalam waktu tidak terlalu lama air banjir itu segera hilang. Sisa-sisa kerusakan dan keporakporandaan terhitung menyedihkan karena membutuhkan waktu relatif lama untuk pemulihannya. Itulah banjir bandhang, dan berbeda lagi kalau air itu menggenang berlama-lama di suatu area, krasan ora lunga-lunga dan berada di situ terus. Namun begitu, sangat jarang kondisi semacam itu disebut banjir bandhang.
Ucapkan bandhang sebagaimana Anda mengatakan “Kepingin makan nasi Padang,” atau bagi penggemar sepakbola sangatlah akrab dengan kata tending. Tembung bandhang mengandung beberapa arti, yakni pertama kranjang wadhah bibit tebu, sebuah keranjang yang dikhususkan sebagai tempat bibit-bibit tebu yang siap ditanam.
Kedua, apabila ucapannya menjadi mbandhang, itu artinya mlayu banter terutama diperuntukkan bagi binatang seperti kuda, sapi, kerbau, dsb; juga berarti rikat banget, yakni cepat sekali, terutama untuk melukiskan betapa cepatnya orang membaca(kan) tulisan yang tanpa ada jeda, titik koma diterabas begitu saja.
Dan arti ketiga, mbandhang itu ngetutake tawanan saka buri. Misalnya pak polisi Bripka Sugeng telah berhasil menangkap penjahat, lalu tangan penjahat itu sudah diborgol, sertamerta dibawa ke kantor polisi; nah……..iring-iringan semacam itu disebut mbandhang (maling, misalnya).
Barang bukti yang dicuri biasanya dibawa serta, dan barang itu namanya bandhangan, meskipun ada makna lain dari bandhangan yaitu memperoleh barang (umumnya piaraan seperti merpati) yang datang dengan sendirinya ke rumah. Di zaman dulu, ketika belum/tidak ada borgol, digunakanlah tali dari bahan tertentu, dan disebutlah barang itu tali bandhang.
Seperti telah disebutkan di atas, banjir bandhang sangat terkait dengan volume air yang berlebih-lebih, kerusakan yang berat karena kena-mengena pada infrastruktur vital, membawaserta korban, dan dampak yang diakibatkan membutuhkan waktu cukup lama untuk pemulihannya.
Pertanyaannya, ialah kalau benar banjir bandhang Batu (3 B) itu terjadi karena lereng gunung Arjuna gundul: kegundulan Arjuna ini sebab atau akibat? Orang berdiskusi panjang lebar tentang hal ini, misalnya: “Karena lereng gunung Arjuna gundul, mengakibatkan terjadinya 3B.” Atau justru diskusinya menjadi demikian: “Akibat dari gundulnya lereng Arjuna, sertamerta terjadi 3B di musim penghujan ini.” Diskusi berkutat pada premis “sebab-akibat;” atau menjadi: “Karena …………, maka 3B;” dan bisa juga “Akibat dari …………, maka 3B lah yang terjadi.”
Apapun konten diskusinya, siapa pun yang berdiskusi, catatan untuk kita semua hanya satu saja, yakni “So how, gitu lohhhh” mengingat saat ini baru awal November. Dan kalau pertanyaannya njur piye seperti ini, awas…….jangan mbadhang loh ya.