blank

KUDUS (SUARABARU.ID) – Museum Situs Purbakala Patiayam memiliki situs purba yang terletak di Pegunungan Patiayam, Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Secara morfologi, situs Patiayam merupakan sebuah kubah (dome) dengan ketinggian puncak tertingginya (Bukit Patiayam) 350 meter di atas muka laut.

Di daerah Patiayam ini terdapat berbagai fosil purbakala dari zaman Plestosen yang mengandung fosil vertebrata dan manusia purba yang terendap dalam lingkungan sungai dan rawa-rawa sekitar gunung Patiayam

Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus bekerjasama dengan Tim BPSMP Sangiran, Sragen, melaksanakan Seminar Hasil Kajian Koleksi Museum Situs Purbakala Patiayam, di Hotel @Hom pada Rabu (3/11). Hadir dalam kesempatan tersebut, Bupati Kudus H.M. Hartopo, Kepala Disbudpar Kudus, Kurator Koleksi Museum Sangiran, Teknisi Laboratorium Sangiran, serta tamu undangan lainya.

Menurut Hartopo, Museum Patiayam dengan situs arkeologinya merupakan bukti yang jelas bahwa Kabupaten Kudus mempunyai catatan pra sejarah dimasa lalu yang begitu kuat. Pihaknya mengatakan pasti timbul berbagai pertanyaan tentang fenomena ini mau dibawa kearah mana. Sedangkan bukti artefak sudah tidak bisa terbantahkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

“Menjawab pertanyaan yang mungkin muncul, Saya secara pribadi mempunyai prediksi, kalau kita betul-betul me-manage dengan baik, banyak artefak-artefak yang lebih dahsyat. Maka dari itu, kita harus bergandengan bersama menjadikan situs Patiayam ini menjadi situs purbakala terbesar di Indonesia,” ucapnya.

“Yang ke dua, dengan artefak-artefak biota laut yang ditemukan dan struktur geologi dikawasan selatan dan utara, memperkuat kesimpulan bahwa Kudus ini dimungkinkan terpisah dari pulau Jawa, dengan selat lemuria sebagai pemisahnya,” lanjut Bupati.

Maka dari itu, acara semacam ini sangat penting diadakan untuk membuat roadmap yang jelas, langkah-langkah yang diambil dalam menyikapi patiayam.

“Kebijakan Kabupaten Kudus sudah sangat jelas arahnya untuk mengembangkan patiayam sebagai situs Purbakala terbesar di Indonesia. Namun, yang menjadi persoalan adalah status tanah dari situs patiayam yang masih menyewa tanah milik desa, ini menghambat pengembangan. Solusinya salah satu memang tukar guling, Sedangkan keuangan daerah sangat terbatas. Oleh karena itu saya mohon kepada hadirin yang disini ikut membantu memecahkan persoalan tersebut,” imbuhnya.

Selain itu, Bupati Hartopo berharap dengan terlaksananya kegiatan ini dapat mendorong masyarakat utamanya anak didik disekolah untuk lebih mengetahui dan mencintai sejarah.

“Menjadi tugas kita bersama, utamanya para guru agar lebih mensosialisasikan dan mengedukasikan pada muridnya tentang sejarah. Tujuanya untuk kembali mentrendingkan sejarah dan kebudayaan agar lebih dicintai dan diminati ditengah perkembangan teknologi,” pesanya.

Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi acara-acara yang sifatnya konstruktif.

“Mudah-mudahan acara ini berjalan dengan lancar sehingga kita tak kan pernah lelah memikirkan patiayam kedepanya. Karena saya tidak mungkin bekerja sendirian, dan saya sangat membutuhkan peran dari bapak ibu sekalian,” pungkasnya.

Tm-Ab

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini