blank
Ketua Pengrus Cabang Lesbumi Jepara, Ngateman SE

JEPARA (SUARABARU.ID) – NU didirikan bukan semata untuk menjawab problematika umat yang terkait dengan masalah keagamaan tapi lebih luas dari itu, NU hadir untuk menjawab persoalan umat dalam konteks kebudayaan.

“PC LESBUMI NU Jepara dengan dukungan dari PC NU Jepara menyadari hal tersebut sejak awal, sehingga PC LESBUMI NU Jepara senantiasa mendukung dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan-kegiatan kebudayaan, baik di Jepara maupun di luar Jepara,” ujar Ketua PC Lesbumi Jepara, Ngateman, SE.

blank
Peserta Rakornas IV Lesbumi di Pesantren Kaliopak, Yogyakarta

Lebih jauh ia menjelaskan, PC LESBUMI NU Jepara senantiasa bergerak dan berjuang di ranah kebudayaan. Kesadaran harakah ini diantaranya termanifestasikan dalam sikap tegas PC LESBUMI NU Jepara yang didukung oleh PC NU Jepara melalui Surat Nomor: 916/Tanf/A.I/H-08/XI/2021 Perihal : Surat Dukungan Alih Status LESBUMI dari Lembaga menjadi Banom.

Surat tersebut disampaikan pada Rakornas IV LESBUMI NU di Pondok Pesantren Kaliopak, Yogyakarta, 28 – 29 Oktober 2021 yang mendukung sepenuhnya pengembalian LESBUMI sebagai Banom NU sebagaimana saat ia dilahirkan dulu.

Ngateman juga menjelaskan, kesadaran bersama dari warga Nahdliyyin dalam harakah kebudayaan melalui LESBUMI harus segera dibangkitkan kembali karena seharusnya NU berada di garda depan dalam menghimpun dan mengonsolidasi ragam gerakan adat istiadat, tradisi dan budaya yang berbasis ketauhidan di Nusantara.

blank
Rakornas IV Lesbumi di Pesantren Kaliopak, Yogyakarta

Karena satu-satunya aset dari identitas bangsa ini yang secara efektif dapat digunakan untuk melawan arus dan penetrasi global adalah kebudayaan; dalam hal ini kebudayaan yang berasal dari sinaran tauhid. Dengan demikian, NU secara jama’ah dan jam’iyyah adalah Jalan Kebudayaan yang berbasis Ketauhidan.

Persiapan dan konsolidasi organisasi untuk kembali ke harakah kebudayaan ini telah dilakukan oleh LESBUMI secara Nasional. Dalam kurun 5 tahun, Lesbumi mengalami perkembangan yang pesat. Lesbumi bagai cendawan di musim hujan tumbuh di berbagai daerah secara swadaya.

Ngateman juga mengungkapkan, saat ini terdapat 8 (delapan) Pengurus Wilayah Lesbumi NU, 116 Pengurus Cabang, 256 Pengurus MWC, 303 pengurus Anak ranting, 4 PCI Lesbumi NU di Rusia, Belanda, Riyadh, dan di Western Australia (Perth).

Tak hanya itu, sejumlah pondok pesantren, berbagai lembaga pendidikan dan komunitas seni memerlihatkan sikap simpati dan tertarik untuk berkolaborasi bahkan bergabung dengan Lesbumi NU. Hal ini mengindikasikan bahwa gerakan dan kebijaksanaan LESBUMI NU diyakini lebih efektif dan efisien dalam mengartikulasikan pesan-pesan keagamaan kepada semua pihak.

Secara prinsip, wahana kaderisasi diselenggarakan untuk menjelaskan Tujuh Prinsip Kebijaksanaan Kebudayaan (Saptawikrama). Wahana kaderisasi itu bernama Asrama Saptawikrama yang disingkat Astawikrama untuk seluruh tingkatan pengurus, dan Pesantren Ramadhan Islam Nusantara (PRAMISTARA) untuk santri di pondok pesantren.

“Karena besarnya tanggungjawab yang diemban LESBUMI, maka kembalinya LESBUMI menjadi Banom adalah suatu kebutuhan. Hal ini yang disuarakan mulai dari tingkatan Ranting, MWC, PC, PW, dan PB. Dengan kembali menjadi Banom, LESBUMI akan dapat mengatur rumah tangga sendiri, secara kebijaksanaan atau pun secara teknis strategis sesuai kebijaksanaan kebudayaan LESBUMI NU yaitu SAPTAWIKRAMA,” papar Ngateman.

Ia juga mengungkapkan, berdasarkan pada realitas kinerja dan capaian kerja LESBUMI selama ini, maka melalui Rakornas IV Lesbumi di Pesantren Kaliopak, Yogyakarta merekomendasikan kepada Muktamar 34 untuk mengabulkan LESBUMI kembali menjadi Badan Otonom NU. “Hasil Rakornas ini akan diajukan untuk menjadi bahasan di dalam komisi organisasi, bahtsul masail maudhuiyyah, dan komisi program kerja pada Muktamar NU 34 di Lampung,” ujarnya.

Hadepe – Burhan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini