KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Guna mewujudkan pertanian yang berkelanjutan, Tim PKW (Program Kemitraan Wilayah) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) – Universitas Negeri Tidar (Untidar) mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik untuk kelompok tani (poktan) dan kelompok wanita tani (KWT) di Desa Tempursari, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Selasa (7/9). Kegiatannya dipusatkan di Balaidesa Tempursari.
Program untuk mewujudkan desa wisata inovatif berbasis usaha tani terpadu yang berkelanjutan di Desa Tempursari, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, itu merupakan hibah pengabdian kepada masyarakat dari Kemenristek-Brin. Dilaksanakan oleh Unimma dan Untidar sejak 2020 diketuai Dosen Unimma Retno Rusdjijati, beranggota Oesman Raliby dan Alfian Syarifudin dari Unimma serta Agus Suprapto (Untidar).
Kepala Desa Tempursari, Dahroni, kemarin mengatakan bahwa kegiatan PKW yang dilaksanakan Unimma-Untidar itu sangat bermanfaat bagi masyarakat Desa Tempursari. Ibu-ibu rumah tangga yang dulu belum berpenghasilan sendiri, dengan diberikan ilmu dari tim PKW, sekarang telah mengembangkan usaha olahan makanan berbahan baku potensi lokal yaitu keripik pisang dan keripik talas. Para petani juga menjadi lebih memahami potensi yang dimiliki untuk dikembangkan yaitu budidaya talas dan pisang yang akan mencukupi kebutuhan usaha ibu-ibu.
“Kami sangat berterima kasih kepada Tim PKW Unimma-Untidar yang telah mendampingi warga untuk berkembang,” katanya.
Ketua Pelaksana PKW
Retno Rusdjijati menyatakan bahwa timnya akan selalu memfasilitasi dan mendampingi warga Desa Tempursari untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki. Menuju Desa Wisata yang inovatif berbasis pertanian terpadu. Oleh karena itu, dia minta kepada seluruh peserta untuk dapat memanfaatkan kesempatan itu dengan terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelatihan pembuatan pupuk organik itu terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan pupuk organik cair (POC) dan mikroorganisme lokal (MOL) berbahan baku sampah rumah tangga yang bersifat organik. Sebagai bahan baku POC bisa menggunakan nasi basi yang sudah ditumbuhi jamur, air cucian beras, sampah sayur-sayuran. Sedangkan untuk pembuatan MOL berbahan baku kotoran ternak, isi perut binatang ternak, dan sejenisnya.
Menurut Oesman dan Agus, cara pembuatannya sangat sederhana dengan peralatan yang sederhana pula seperti botol dan jerigen bekas.
POC maupun MOL itu dapat dikembangkan sebagai unit usaha di pedesaan, yang dapat dijual.
Petugas Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Candimulyo, Parmono, menambahkan, usaha itu cocok bagi ibu rumah tangga yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk budidaya aneka jenis tanaman.
Eko Priyono