blank
Ketua Srikandi PP Jateng Monalisa Daniel pada suatu acara. Foto: Dok

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Penolakan gerakan Jateng di Rumah Saja terus bergulir semakin besar. Sejumlah kepala daerah, wakil rakyat, maupun dari ormas masyarakat secara jelas mempertanyakan gerakan yang diinisiasi Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, tersebut.

Salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) yang mempertanyakan gerakan untuk berdiam diri di rumah selama dua hari tersebut (Sabtu-Minggu / 6-7 Februari 2021) adalah Srikandi Pemuda Pancasila (PP) Jawa Tengah. “Kebijakan tersebut tujuannya apa?” kata Ketua Srikandi PP Jateng, Monalisa Daniel, Rabu (3/2/2021).

Menurut  wanita yang biasa disapa Mbak Mona ini, dirinya menyesalkan gerakan Jateng di Rumah Saja yang dikeluarkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, tersebut lantaran pasti akan menutup usaha masyarakat kecil.

“Kalau diterapkan, maka pasar, tempat makan dan lainnya bakal tutup. Padahal banyak warga atau penghuni kos yang masih makan di luar. Tidak semua orang punya lemari pendingin dan tidak semua orang bisa masak,” katanya.

Tak hanya itu saja, Mona yang juga politisi dari Partai Demokrat ini juga mempertanyakan waktu penerapan kebijakan tersebut kenapa hanya dua hari saja? Jelas ini terbilang tidak efektif sama sekali.

Walau begitu, dirinya sepakat jika yang menjadi sasaran penutupan selama dua hari tersebut adalah tempat-tempat wisata dan pusat perbelanjaan seperti mal.

Dirinya mengkhawatirkan jikalau besok kebijakan tersebut dilaksanakan maka ada kemungkinan warga masyarakat akan menyerbu ke pasar atau mall untuk menyiapkan persediaan bahan makanan.

“Saya tidak setuju kalau pasar dan tempat makan ditutup karena itu tempat kebutuhan pokok. Saya malah khawatir kalau kebijakan itu diterapkan nanti masyarakat akan berbondong-bondong ke pasar atau mal memborong semua bahan makanan, malah jadi kerumunan,” katanya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berniat membuat gerakan Jateng di Rumah Saja dimana masyarakat diminta untuk berdiam diri di rumah selama dua hari pada tanggal 6-7 Februari 2021 untuk menekan angka covid-19.

Hery Priyono-wied