blank
Seorang anggota TNI menggendong seorang perempuan pengungsi yang sudah berusia lanjut. Foto: Widyas Cahyono

MAGELANG (SUARABARU.ID)– Sebanyak 121 pengungsi Gunung Merapi asal Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, yang selama 2,5 bulan berada di Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, minta izin pulang ke rumahnya.

blank
Kepala Desa Krinjing, Ismail

Para pengungsi tersebut merupakan kelompok rentan, yakni para lansia, ibu-ibu hamil dan menyusui, anak-anak, balita dan penyandang disabilitas. Ke -121 warga tersebut berasal dari tiga dusun yang berada di dekat puncak Merapi, yakni Dusun Trono, Trayem dan Pugeran.

“Salah satu alasan mereka minta izin pulang ke rumahnya dengan alasan merasa jenuh tinggal di pengungsian sejak 6 November lalu,” kata Kepala Desa Krinjing, Ismail, Jumat ( 22/1).

Ismail mengatakan, alasan lain  mereka minta pulang ke rumahnya, karena  menilai saat ini aktivitas vulkanik Merapi  mengalami penurunan baik deformasi maupun kegempaan.

Menurutnya, sebenarnya dari Pemkab Magelang  belum memberikan izin bagi para pengungsi untuk pulang ke rumahnya, karena saat ini masa tanggap darurat masih berlangsung hingga 14 Februari mendatang.

“Namun, karena alasan kemanusiaan, BPBD memberikan izin untuk sementara boleh pulang. Dengan catatan, bila sewaktu-waktu  terjadi peningkatan kembali aktivitas vulkanik Merapi agar kembali ke pengungsian,” kata mantan petugas pengamatan Merapi di Pos Babadan ini.

Ia mengakui, para pengungsi dari Desa Krinjing tersebut merupakan pengungsi Merapi di wilayah Magelang yang paling lama menempati barak pengungsian. Mereka sudah tinggal di pengungsian sejak 6 November 2020 lalu. Sedangkan pengungsi lainnya yang berasal dari desa lain di Kecamatan Dukun dan ditampung di beberapa TEA.

“Penduduk kami merupakan pengungsi yang paling krasan (betah) di pengungsian.  Karena, mereka menilai tempat tinggalnya berada di daerah yang rawan bahaya dan hanya berjarak 5 kilometer dari puncak,” ujarnya.

Saat para pengungsi tersebut pulang ke rumahnya, dari TEA Deyangan mereka menumpang empat unit truk, sejumlah mobil bak terbuka dan mobil pribadi. Dalam perjalanan  hingga Desa Krinjing mereka mendapatkan pengawalan dari petugas Dinas Perhubungan dan sejumlah relawan.

Yon-wied