Oleh Dr KH Muchotob Hamzah MM
I. Qadar
“Qadar” adalah disain Allah sebelum penciptaan. Menurut ilmu tipe yang dijelaskan oleh Prof. Krechsmer, bahwa orang yang darah merahnya dominan, bertipenya gembira, mudah begaul, major dan ekstrovert.
Sebaliknya kalau empedu hitamnya dominan, ia cenderung murung, minor dan introvert. Lalu orang yang getah beningnya dominan, ia lebih cenderung berani dan bisa marah.
Allah SWT berfirman, قل كل يعمل على شاكلته. Artinya: Katakanlah! Tiap kalian akan berperilaku sesuai syakilah-tipologinya (QS.17: 84).
Kadar tiap manusia itu berbeda. Tuhan mentakdirkan perbedaan dalam persamaannya sebagai manusia, dari hal: sidik jari (QS. 75:4); sidik warna kulit, suara dan bahasa (QS. 30: 22); sidik mata (QS. 40: 19); sidik bau keringat (QS. 53: 111); dan Masih banyak yang lain.
Pembedaan itu berguna sebagai alat bukti pada Hari Pengadilan mahkamah Yang Maha Agung (QS. 36: 65).
Semua perbedaan termasuk perbedaan agama ada karena dikehendaki oleh Maha Pencipta, (QS. 3: 48 ).
Semua makhluk juga berpasangan dan semua ada plus minus yang oleh Paul Dirac disebut “parite” (QS. 36: 36) guna saling melengkapi dan dijadikan batu uji bagi manusia (QS. 21: 35; 18: 7).
Keuntungan bagi kita, ujian tersebut dinilai sebagai ibadah (QS. 51: 56). Sebagai contoh adalah orang ekstrovert yang gaul banyak cakap, ia akan banyak sahabat dan seterusnya.
Negatifnya ia kurang kontrol dan kedalaman dalam bicara. Kepemimpinan orang ekstrovert akan berhasil pada lembaga yang bertipe taat petintah.
Sebaliknya orang introvert kurang suka bicara, tetapi berkemampuan kontemplasi lebih tinggi. Kepemimpinan orang introvert lebih berhasil pada komunitas kreatif.
Sementara orang yang bisa marah dan berani, akan menjadi tepat pada profesi tentara, polisi, sekuriti dsb.
II. Sunnatullah
Setelah takdir ditetapkan, Allah SWT menetapkan lagi sunnatullah sebagai law of nature yang akan ditempuh oleh makhluk termasuk manusia menuju Qadha’-Nya.
Sebagai contoh, takdir Allah SWT mendesain bahwa perut manusia jika ingin kenyang harus makan. Berarti antara kenyang dengan makanan ada hubungan kausalitas (sunnatullah) yang tidak akan berubah (QS.35: 43).
Demikian juga pada umur manusia. Pada DNA tiap manusia telah ada code-code tentang lifetime dirinya. Umur sudah ditentukan sebagaimana Firman Allah SWT: وما يعمر من معمر ولا ينقص من عمره الا في كتاب (QS. 35: 11).
Tetapi dengan sunnatullah yang berupa ikhtiyar memberikan peluang bagi makhluk untuk mengubahnya (QS. 13:11).
Manusia diberi kesempatan turut menentukan umur seperti penjelasan Prof. Qurash Shihab ketika nenafsirkan ayat ومن نعمره ننقصه فى الخلق. (QS. 36:68), Allah SWT memakai “nun mutakllim ma’al ghair”.
Sabda Nabi saw: من سره ان يبسط له في رزقه وان ينساء في اثره فليصل رحمه. Artinya: Barangsispa ingin luas rizki dan ditunda kematiannya hendaklah bersilaturahmi (HR. Bukhari no 2067; Muslim 2557).
Penelitian Harvard Study of Adult Development di AS menemukan kaitan antara bahagia dengan silaturahmi.
Logikanya bahagia menciptakan kesehatan jiwa yang berlanjut menyehatkan raga (fisik). Tentang jembarnya rizki peneliti lain semisal Fukuyama dan yang lain sampai menyebut bahwa silaturahmi sebagai kapital sosial.
Selain silaturrahmi sabda Nabi Muhammad SAW menyebut ada doa yang bisa menolak takdir, kebaikan yang bisa menambah umur dan dosa yang menutup pintu rizki (HR. Ibnu Hibban no 2540, sahih).
III. Qadha‘
Dengan basis takdir yang telah ditetapkan di Lauh Mahfudz dan ikhtiyar melalui sunnatullah yang dipandang sebagai ibadah, manusia bisa ikut memperpanjang usianya.
Fakta menyebut bahwa usia harapan hidup kita sekarang 70 tahun, meskipun masih kalah dengan Saudi, Malaisia, apalagi AS (81,5), Jepang (82), dan Monaco (89).
Hadits tentang usia umat Muhammad saw. kisaran 60-70 bisa jadi umat beliau waktu itu.
Wallaahu A’lam bis-Shawaab!
Penulis Dr KH Muchotob Hamzah MM, Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo