blank
Sempol ayam sedekah warga dalam tradisi Sedekah Kubur Punden Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe. foto: Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) –  Ratusan warga Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kamis (20/2)  tumplek blek di Kawasan makam keramat Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku. Di lokasi yang dipercaya sebagai punden keramat Dukuh Masin tersebut, warga menggelar acara sedekah kubur sebagai tradisi yang diwariskan secara turun temurun.

Acara sedekah kubur ini merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur dan doa bersama menjelang bulan suci Ramadan. Di acara tersebut, warga berbondong-bondong datang ke Punden Masin dengan membawa nasi lengkap dengan ingkung ayam utuh.

Sesampainya di lokasi, warga kemudian bagian paha ayam (sempol) bagian kanan, dipotong kemudian dikumpulkan oleh panitia sebagai bentuk sedekah.

Alhasil, dalam acara tersebut terkumpul ratusan bahkan seribu lebih sempol yang diberikan warga. Oleh pengurus makam dan Yayasan, sedekah sempol tersebut kemudian didoakan dengan sebelumnya diawali pembacaan tahlil.

Selain mendoakan Raden Ayu Dwi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku sebagai  tokoh leluhur di wilayah tersebut, tak lupa warga juga mendoakan seluruh ahli kubur dari keluarga mereka serta tokoh-tokoh yang berjasa bagi Desa Kandangmas.

Usai acara doa bersama, sempol dan nasi ingkung yang dibawa oleh warga tersebut kemudian disantap beramai-ramai oleh warga.

Kepala Desa Kandangmas, Shofwan, menjelaskan bahwa Sewu Sempol berasal dari kebiasaan warga yang membawa ingkung (ayam utuh yang telah dimasak) ke acara doa bersama.

“Dulu jumlahnya sedikit, tetapi lama-kelamaan semakin banyak hingga mencapai ribuan. Dari situlah muncul istilah Sewu Sempol, karena bagian paha ayam (sempol) yang dikumpulkan sangat banyak,” ujarnya.

Selain menjadi tradisi keagamaan, Sewu Sempol juga mempererat tali silaturahmi antarwarga. Masyarakat, baik yang masih tinggal di Kandangmas maupun yang sudah merantau, tetap menyempatkan diri untuk pulang dan mengikuti prosesi ini setiap tahunnya.

“Ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga ajang berkumpul bagi warga Kandangmas,” kata Shofwan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah, dalam keterangannya mengapresiasi pelestarian tradisi ini.

“Sewu Sempol bukan sekadar tradisi, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Kudus. Kami berharap masyarakat terus menjaga dan melestarikannya agar tetap lestari hingga generasi mendatang,” tuturnya.

Acara Sewu Sempol selalu diselenggarakan pada hari Kamis terakhir bulan Ruah atau Sya’ban dalam kalender Hijriah, sebagai bentuk persiapan spiritual menjelang Ramadan. Setelah doa bersama, ingkong yang telah dibawa warga kemudian dibagikan kembali sebagai simbol berbagi berkah.

Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga bagi pendatang dari luar daerah.

“Kami mendengar tentang Sewu Sempol dari keluarga yang tinggal di sini, jadi kami datang untuk ikut merasakan atmosfernya,” ujar Ernawati salah seorang pengunjung yang datang dari pecangaan, Jepara.

Dengan keberlangsungannya yang tetap lestari hingga kini, Sewu Sempol menjadi salah satu tradisi unik di Kabupaten Kudus yang menggambarkan kekayaan budaya dan kebersamaan masyarakat dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Ali Bustomi