WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Secara kodratullah atau qadarullah, kemiskinan tidak dapat dientaskan atau dihapuskan. Sebab dalam pemahaman spiritual, kemiskinan ada untuk dapat dijadikan semacam wasilah bagi orang kaya yang ingin masuk surga. Caranya ? Si kaya memberikan sedekah bagi si miskin.
Masalah ini, Senin (10/2/25), mengemuka di acara peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 dan HUT Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Ke-79, yang digelar Pemkab Wonogiri. Acara peringatan, ditandai pemotongan tumpeng oleh Wakil Bupati Setyo Sukarno didampingi Sekda FX Pranata.
Acara ini dihadiri pula para Asisten dan Staf Ahli Bupati, para pimpinan dinas instansi, Kepala Satpol-PP, Inspektur, Kepala Badan, Direktur RSUD, semua Kepala Bagian (Kabag) bersama para camat se Kabupaten Wonogiri.
Usai Wakil Bupati menyampaikan sambutan, diteruskan penyampaian pesan, kesan dan testimoni dari 11 awak media yang selama ini setia melakukan liputan di Pemkab Wonogiri. Mereka terdiri atas Joko Santosa (KR), Yogi (Suara Merdeka), Muhammad Ares Munandar (Detik.Com), Erlangga Bima Sakti (Tribun), Iwan (Radar Solo), Aris Arianto (Joglosemar), Noto (TA TV), Bambang Pur (suarabaru), Tulus PE (Jateng Press), Muhammad Dicky Pradika (Solopos) dan Alwi (kompas.com).
Masalah pengentasan kemiskinan, ikut masuk dalam prioritas pembangunan selama dua periode di Kabupaten Wonogiri. Disamping pembangunan infrastruktur melalui program alus dalane, juga pembangunan sarana perniagaan apik pasare, gratis sekolahe, gratis seragam siswane, akeh bantuan kanggo petanine dan akeh bantuan beasiswane.
Uang Pajak
Terkait tidaklah mudah untuk pengentasan kemiskinan, Wartawan Bambang Pur, saat mendapat giliran menyampaikan pesan, kesan dan testimoninya, membeberkan dongeng inspiratif Raja Kasunanan Paku Buwana (PB) yang melegenda. Raja berpendapat, kodrat bisa di-wiradati (dilakukan ikhtiar). Tapi, dua kali Raja gagal dalam upaya mengentaskan kemiskinan pada seorang prajurit Tamtama,
Suatu hari, kepada Tamtama diberi buah Semangka, dengan pesan agar dijadikan oleh-oleh untuk istri dan anak-anaknya. Sayangnya, di tengah jalan, Semangka itu dijual dan uang penjualannya digunakan untuk membeli beras. Tamtama lebih senang sarapan nasi, daripada pagi-pagi makan Semangka.
Mendengar Semangka dijual, Sinuhun kecewa, sebab secara diam-diam, di dalam Semangka diisi emas berlian dalam jumlah banyak. Harapannya, itu dapat jadi sarana mengentaskan kemiskinan Si Tamtama.
Ikhtiar (wiradat) kedua, Sinuhun memanggil Tamtama. + Tamtama ? Yang dipanggil menjawab: –Nun kula. + Katimbalan ? – Sendika !. Kepada Tamtama kemudian diserahkan surat dalam amplop tertutup, dengan perintah agar disampaikan kepada Demang Jatisrono. Namun, Tamtama enggan menyampaikan, sebab ngantuk semalaman tidak tidur karena jaga. Dia memerintahkan kepada seorang anak buahnya, supaya mengantarkan surat tersebut ke Demang Jatisrono.
Pada hal surat itu berisi titah Raja agar Demang Jatisrono memberikan uang pajak selama setahun kepada pembawa surat. Maksudnya, agar nasib Tamtama segera terbebaskan dari liiitan derita kemiskinan. Tapi karena yang membawa surat Prajurit Hulubalang, maka uang satu karung hasil penarikan pajak setahun di Kademangan Jatisrono, diberikan kepada pembawa surat.(Bambang Pur)