KOTA PEKALONGAN (SUARABARU.ID) – Warga Kota Pekalongan yang mengungsi akibat bencana banjir, sebagian masih bertahan di pengungsian. Jumlah mereka sebanyak 290 orang, ditampung di tiga (3) posko yang disediakan Pemerintah Kota Pekalongan, salah satunya yang berada di Aula Kecamatan Pekalongan Barat. Di posko pengungsian ini terdapat 189 pengungsi baik balita, anak-anak, remaja, orang dewasa hingga lanjut usia (lansia).
Camat Pekalongan Barat, M Natsir mengungkapkan, pengungsi banjir di wilayah Kecamatan Pekalongan Barat ini terpaksa masih bertahan di beberapa posko pengungsian, mengingat kondisi banjir di wilayahnya belum surut dan rumah mereka masih terendam banjir cukup tinggi. Terlebih, kondisi cuaca di Kota Pekalongan sejak Rabu (29/1/2025) hingga Senin (3/2/2025)pagi, masih terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi
“Hal ini berdampak pada kenaikan genangan, khususnya di wilayah Kecamatan Pekalongan Barat dan air Sungai Bremi-Meduri melimpah ke pemukiman warga dengan ketinggian bervariasi,” ujarnya, Senin (3/2/2025).
Di samping di Aula Kecamatan Pekalongan Barat, lanjutnya, warga juga ada yang mengungsi di Mushola Al-Munir RW 08 Kampung Baru Kelurahan Tirto sebanyak 29 orang, dan Masjid Al-Ikhlas Sidomulyo Kelurahan Pasirkratonkramat (PKK) ada 72 orang.
“Jadi, jumlah total pengungsi yang mengungsi di 3 posko pengungsian tersebut ada 290 orang. Kondisi banjir di pemukiman warga masih cukup tinggi, karena curah hujan masih terjadi yang mengakibatkan Sungai Bremi-Meduri masih limpas ke pemukiman,terutama di Kampung Baru Tirto dan Sidomulyo PKK ketinggian banjirnya sudah mendekati atap rumah,” tuturnya.
Menurutnya, beberapa warga yang terdampak banjir juga ada yang sudah mendirikan dapur umum secara mandiri. Ia mengaku bersyukur, kondisi pengungsi mayoritas dalam keadaan sehat, hanya beberapa orang terutama kalangan lansia yang mengeluhkan mual, demam, dan gatal-gatal. Namun, hal tersebut bisa langsung ditangani oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Tirto yang selalu stand by memantau perkembangan kondisi kesehatan pengungsi di posko pengungsian.
“Setiap hari kami mendatangkan dokter dari Puskesmas Tirto. Apabila dalam kondisi darurat, ada pengungsi yang harus di rujuk ke rumah sakit, kami sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk penanganan lebih lanjut,” tandasnya.
Terkait pemenuhan logistik bagi para pengungsi, menurutnya sudah tercover dengan baik oleh Dinsos-P2KB Kota Pekalongan dan para donatur seperti makan sehari tiga kali, snack, mie instan, pakaian layak pakai, susu, hingga kebutuhan diapers bayi dan pembalut wanita.
Salah satu pengungsi asal RT 03 RW 08 Kampung Baru Tirto, Slamet Tafsir (60 tahun), mengaku dirinya bersama istri, anak dan cucunya sudah mengungsi di Aula Kecamatan Pekalongan Barat sejak Kamis (30/1/2025) lalu. Ia terpaksa masih di posko pengungsian, sebab kondisi banjir di sekitar rumahnya masih tinggi dengan ketinggian air sedada orang dewasa.
“Ngungsi bersama istri, anak dan cucu. Di rumah kosong karena tidak ada tempat aman, semua barang termasuk kasur sudah ditaruh diatas meja. Jarak rumah saya dengan aliran Sungai Bremi-Meduri sekitar 10 meteran, dan kondisi air di sungai masih melimpah sehingga kinerja pompa kurang maksimal untuk menyedot genangan,” ungkap Slamet.
Nur Muktiadi