blank
Ilustrasi. Reka: SB.ID

Anak-anak yang tumbuh dalam dunia ini tidak hanya harus menjadi pengguna teknologi, tetapi juga memahami cara kerjanya. Sama seperti pentingnya belajar membaca dan menulis di masa lalu, memahami AI dan coding adalah keterampilan fundamental di masa kini.

Mengapa AI dan Coding Penting

Pertama, mari kita lihat data. Menurut laporan World Economic Forum (2023), 65% anak-anak yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar akan bekerja di bidang yang bahkan belum ada saat ini—banyak di antaranya berkaitan dengan teknologi.

Artinya, kita sedang mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan cepat. AI dan coding adalah keterampilan yang tidak hanya relevan hari ini, tetapi juga akan menjadi kunci di masa depan.

Dengan mempelajari AI, siswa tidak hanya diajak memahami teknologi, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah. Sementara itu, coding melatih logika, struktur berpikir, dan ketelitian—keterampilan yang berguna di hampir semua bidang kehidupan.

Kedua, integrasi AI dan coding dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah dapat membantu mengurangi kesenjangan digital. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa hanya 45% sekolah di Indonesia memiliki akses memadai ke perangkat teknologi.

Dengan menjadikan AI dan coding sebagai bagian dari kurikulum, pemerintah tidak hanya membuka akses ke teknologi, tetapi juga memastikan bahwa siswa dari berbagai latar belakang memiliki kesempatan yang sama untuk menguasai keterampilan masa depan.

Salah satu manfaat utama dari belajar AI dan coding sejak dini adalah membuka peluang karier yang lebih luas. Menurut laporan World Economic Forum, 65% anak-anak yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar akan bekerja di pekerjaan yang belum ada—banyak di antaranya berkaitan dengan teknologi.

Profesi seperti data scientist, software engineer, dan AI specialist diperkirakan akan menjadi tulang punggung ekonomi masa depan. Lebih dari sekadar keterampilan teknis, belajar AI dan coding juga membantu anak-anak mengembangkan cara berpikir komputasional.

Mereka belajar memecahkan masalah secara logis, berpikir kreatif, dan bekerja secara kolaboratif. Bahkan bagi mereka yang nantinya tidak memilih karier di bidang teknologi, keterampilan ini akan tetap relevan di berbagai bidang lain, mulai dari bisnis hingga seni.

Apa yang Harus Diajarkan?

Tentu saja, pelajaran AI dan coding untuk anak-anak sekolah dasar dan menengah tidak bisa disamakan dengan materi yang diajarkan di universitas. Kurikulum harus dirancang sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan anak-anak.

Untuk jenjang pendidikan dasar, pelajaran bisa dimulai dengan konsep-konsep dasar yang menyenangkan dan interaktif. Misalnya:

  • Pemrograman Dasar dengan Blok Koding: Anak-anak dapat belajar dasar-dasar coding melalui platform seperti Scratch atau Blockly, yang memungkinkan mereka membuat program sederhana dengan menyeret dan menjatuhkan blok kode.
  • Pengenalan AI Sederhana: Anak-anak dapat diajarkan bagaimana AI bekerja melalui permainan interaktif yang mengenalkan konsep seperti pengenalan gambar atau chatbot sederhana.
  • Logika dan Pemecahan Masalah: Melalui permainan dan aktivitas berbasis teka-teki, anak-anak bisa mengasah keterampilan berpikir logis yang menjadi dasar dalam pemrograman.

Untuk jenjang pendidikan menengah, materi bisa lebih menantang dengan mengajarkan:

  • Bahasa Pemrograman Dasar: Seperti Python atau JavaScript, yang digunakan untuk membuat proyek lebih kompleks.
  • AI dalam Kehidupan Sehari-hari: Siswa bisa belajar bagaimana AI digunakan dalam dunia nyata, seperti dalam asisten virtual, analisis data, dan kendaraan otonom.
  • Proyek Mini Berbasis Teknologi: Siswa dapat membuat aplikasi sederhana, membangun chatbot, atau mengembangkan proyek AI kecil yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Tantangan dan Peluang

Tentu saja, implementasi AI dan coding dalam kurikulum sekolah memiliki tantangan tersendiri. Kesiapan tenaga pendidik menjadi faktor krusial—guru-guru perlu mendapatkan pelatihan yang cukup agar mampu mengajarkan materi ini dengan baik.

Selain itu, ketersediaan infrastruktur teknologi di sekolah-sekolah, terutama di daerah terpencil, juga harus diperhatikan.

Salah satu pertanyaan yang muncul adalah apakah diperlukan guru khusus yang spesialis dalam AI dan coding, atau bisakah guru yang ada saat ini diberikan pelatihan untuk mengajar mata pelajaran ini? Dalam jangka pendek, memberikan pelatihan kepada guru sekolah menjadi solusi yang lebih realistis dan cepat diterapkan.

Guru-guru dapat mengikuti program sertifikasi, workshop, atau pelatihan daring yang disediakan oleh institusi pendidikan dan perusahaan teknologi. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan pemahaman yang cukup untuk mengajarkan dasar-dasar AI dan coding kepada siswa. Namun, dalam jangka panjang, penting untuk mencetak tenaga pendidik spesialis di bidang ini agar kualitas pengajaran lebih optimal.

Keputusan pemerintah menjadikan AI dan coding sebagai mata pelajaran pilihan adalah langkah besar dalam menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan zaman. Di era digital ini, keterampilan teknologi bukan lagi sekadar nilai tambah, tetapi menjadi kebutuhan dasar. Dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar AI dan coding, kita tidak hanya membekali mereka dengan keterampilan teknis, tetapi juga dengan cara berpikir yang kritis, kreatif, dan adaptif.

Masa depan bukan tentang siapa yang paling banyak menggunakan teknologi, tetapi siapa yang paling mampu memahami dan menciptakannya. Dan itu dimulai dari bangku sekolah. Dengan langkah ini, Indonesia sedang menanam benih untuk masa depan yang lebih cerah, di mana generasi muda tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta inovasi yang bisa membawa nama Indonesia ke kancah internasional.

Agung Mumpuni, M.I.Kom.,  Founder Unlimited Talks Indonesia