KUDUS (SUARABARU.ID) – Hama tikus merajalela di Kabupaten Kudus. Akibatnya sejumlah areal pertanian padi milik petani yang siap panen, mengalami rusak dan berakibat gagal panen.
Noor Faiz, seorang petani di Desa Jojo, Kecamatan Mejobo mengungkapkan serangan hama tikus terjadi dalam pekan ini. Belasan hektar lahan di wilayah tersebut rusak sama sekali.
“Padahal tanaman padi sudah siap panen,”kata Faiz, Senin (6/1).
Padahal, para petani sudah berusaha mengantisipasi serangan hama tikus tersebut. Sejumlah upaya dilakukan mulai dengan membuat pagar plastik maupun seng, menutup tanaman dengan jaring hingga pemasangan setrum listrik.
“Tapi kenyataannya, serangan masih terjadi. Dan hampir seluruh tanaman padi di area kami rusak sama sekali tidak bisa diselamatkan,”tukasnya.
Disinggung kerugian yang diderita petani, diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Ini dengan asumsi per hektar lahan petani sudah mengeluarkan biaya sekitar Rp 12 juta untuk tanam dan perawatan.
Terpisah, Kabid Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Kudus mengakui adanya laporan serangan hama tikus tersebut. Hanya saja, menurut Agus, sejauh ini laporan kerusakan lahan akibat serangan hewan pengerat tersebut tidak terlalu signifikan dibandingkan total semua lahan pertanian yang ada di Kudus.
“Di wilayah Kudus, total lahan pertanian pangan berkisar 8000 hektar. Sementara kerusakan lahan akibat hama tikus berada di kisaran 100 hektar. Jadi, masih kecil dan kami optimistis ketahanan pangan di Kudus masih terjaga,”ujarnya.
Lebih lanjut, menurut Agus, untuk penanganan hama tikus, perlu dipahami karakterisrik hewan ini sebagai hewan komunal endemik. Artinya antisipasi adanya hama ini harus dilakukan secara bertahap mulai penyiapan lahan, penyemaian, tanam, hingga paskapanen.
“Sebagai gambaran sepasang tikus bisa beranak pinak menjadi 2000 ekor dalam setahun,”katanya.
Salah satu antisipasi yang sudah dilakukan Dinas Pertanian adalah dengan pembagian umpan racun kepada masyarakat secara gratis. Dan hal tersebut cukup berjalan efektif untuk meredam serangan di wilayah Kecamatan Undaan.
“Di Undaan, meskipun ada kerusakan luasannya tidak seberapa,”ungkapnya.
Menurut Agus, petani juga bisa melakukan gropyokan massal untuk mengurangi ancaman serangan binatang pengerat tersebut.
Selain itu, petani juga bisa membuat rumah burung hantu di areal persawahan guna mengurangi populasi tikus yang ada.
“Jadi, penanganannya juga membutuhkan kerja keras dari petani,”ujarnya
Ali Bustomi