Pada kesempatan itu, Salah satu warga Blora yang ikut menyaksikan Festival, Latifha Nurul Saputri mengaku terhibur dengan tari kolosal dan festival berkebaya ini, hal ini tentu bentuk uri-uri peninggalan orang terdahulu.
“Bagus dan menarik, acara ini sekaligus untuk mengingatkan para generasi muda sekarang akan kecintaan kaum millenial pada budaya Indonesia, termasuk budaya memakai kebaya,” ujar Latifha Nurul Saputri.
Sementara itu, Bupati Blora, Arief Rohman menyampaikan bahwa kegiatan ini masih dalam rangka jadi ke-275 tahun, mengajak semua untuk sejenak merenung, karena inilah saat yang tepat merefleksikan peran serta wanita terhadap pembangunan di Kabupaten Blora.
Generasi Muda Mau Berkebaya
“Melakukan refleksi merupakan salah satu upaya untuk memahami potensi serta kekurangan diri untuk selanjutnya mampu mengantisipasi tantangan dan hambatan yang ada di depan. Refleksi tersebut menjadi titik tolak kita untuk menentukan sikap kedepan yang lebih baik,” ucap Bupati Blora.
Lebih lanjut, Bupati Blora menjelaskan bahwa pada tanggal 24 Juli ditetapkan sebagai Hari Kebaya Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) nomor 19 tahun 2023 tentang Hari Berkebaya Nasional. Acara ini juga merupakan tindak lanjut Keppres tersebut.
“Saya menyampaikan apresiasi kepada Dindagkop UKM, Dinas Pendidikan, Dinporabudpar, Dekranasda Kabupaten Blora, para sponsor, seluruh peserta dan pihak-pihak yang telah guyub rukun nyawiji, bekerja keras mendukung dan mempersiapkan Festival Blora Berkebaya 2024 ini,” ucap Bupati Blora.
Tak hanya itu Bupati Blora juga mengucapkan terimakasih kepada para pendidik di Kabupaten Blora yang telah berkontribusi menampilkan tari kolosal.
“Sungguh luar biasa. Apresiasi kepada panjenengan yang telah menyisihkan waktu untuk berlatih demi suksesnya acara ini, diluar waktu mendidik putra putri kami,” kata Bupati Blora.
Kebaya melambangkan karakter, lanjut Bupati Blora, masyarakat Indonesia yang sabar, anggun, lemah lembut, sopan dan bersahaja. Secara filosofis, potongan kebaya selalu mengikuti bentuk tubuh. Artinya, perempuan diharuskan bisa menyesuaikan diri dan menjaga diri sendiri di manapun mereka berada. Jika kita maknai lebih dalam, sesungguhnya ini pengingat, bukan hanya untuk perempuan, tapi untuk semua.
“Blora Berkebaya ini menjadi salah satu ajang yang baik bagi para desainer lokal untuk menghasilkan karya dan kreasi baru. Melalui giat ini diharapkan dapat menimbulkan ketertarikan masyarakat, terutama generasi muda, untuk menggunakan kebaya di berbagai kesempatan, tentunya dengan rasa bangga,” ujar Bupati Blora.
Kudnadi Saputro