blank
Warga berebut gunungan buah, hari ini (Senin, 23/12/24). Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Warga Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, menggelar tradisi Sedekah Bumi Punthuk Setumbu, hari ini (Senin, 23 Desember 2024). Itu merupakan tradisi yang dilakukan setiap dua tahun sekali, sejak 2016 lalu.

Diawali dengan seremonial di Kebun Buah Dusun Kurahan, Karangrejo, Borobudur, diisi pemberian sambutan oleh Kepala Desa (Kades) Muhamad Heli Rofikun. Selanjutnya warga dari enam dusun di desa itu berjalan kaki menuju Punthuk Setumbu yang tingginya 380 meter di atas permukaan laut (mdpl). Mereka membawa aneka menu makanan dari setiap dusun, gunungan buah, serta seekor kambing.

Ketua Panitia, Nur Yazid, ketika ditemui di sela acara itu mengatakan, dengan adanya Punthuk Setumbu, warga setempat mendapat rezeki, keberkahan, memakmurkan masyarakat setempat. Tradisi itu untuk melestarikan budaya seperti kesenian, juga ritual-ritual yang dilakukan nenek moyangnya.

“Punthuk Setumbu ini dahulu untuk tempat penggembalaan ternak,” jelasnya.

Sebagai ungkapan rasa syukur, dalam tradisi itu warga membawa ketupat untuk dimakan bersama. Tentunya dibarengi dengan doa rasa syukur kepada Tuhan.

Adanya sepasang pengantin dalam tradisi tersebut, menurut dia, untuk menggambarkan bahwa leluhur telah membawa kesejahteraan bagi warga setempat. Tradisi tersebut dilakukan setiap dua tahun sekali, sejak 2016. Biasanya, kata dia, dilakukan di bulan November. Tetapi karena bertepatan dengan adanya Pilkada serentak, diundur di bulan Desember.

blank
Ketua panitia, Nur Yazid, menjelaskan sejarah Punthuk Setumbu, hari ini (Senin, 23/12/24). Foto: eko

Dijelaskan pula, dahulu di sana ada tradisi setiap Senin Legi. Warga setempat membawa ternak. Selain itu membawa ketupat, baceman, makanan, untuk dimakan bersama.

Sekarang, kegiatan Senin Legi dilakukan dalam bentuk mujahadahan (doa bersama) di Punthuk Setumbu, atau kalau hujan dilakukan di masjid setempat. “Warga melakukan doa bersama dilanjukan makan ambeng setiap Senin Legi,” tuturnya.

Adapun yang terlibat dalam tradisi hari ini adalah warga desa setempat. Mereka melepas burung dan menanam bibit pohon sebagai simbol pelestarian alam. “Ini dataran tinggi, 380 meter di atas permukaan laut. Maka perlu dijaga agar tidak longsor dan tetap subur,” jelasnya.

Prosesi dilakukan sejak Sabtu (21 Desember 24) dengan ziarah kubur dan mujahadah. Selanjutnya keesokan harinya, yakni pada 22 Desember menggelar pentas seni tari Gugur Gunung, Gambyong, Kubro Siswo, tari Kidang, pentas seni Mayong, pentas seni Aji Rimba, Kubro Putro Siswo.

Sedangkan acara hari ini diawali sendratari Karangrejo Gumregah, prosesi siram pengantin di dekat kebun buah. Dilanjutkan kirab budaya sedekah bumi menuju Wisata Alam Borobudur Nirwana Sunrise Punthuk Setumbu. Diawali dengan doa yang dipimpin Kiai Umar, lalu dilakukan kembul bujono (makan bersama) dan rebutan gunungan. Warga tidak sabar, gunungan buah pun diperebutkan lebih awal.

Acara itu dihadiri seorang wisatawan asal Italia. Di sela ribuan warga setempat.

Eko Priyono