blank
Ilustrasi anak punk (foto: google).

JEPARA (SUARABARU.ID)- Anak jalanan (anjal) atau yang biasa disebut anak punk di Kabupaten Jepara akhir-akhir ini sudah sangat meresahkan.

Pasalnya, perilaku mereka yang menganut gaya hidup bebas dengan sangat mudah mempengaruhi anak-anak di usia sekolah. Terbaru sebanyak 45 anak terpengaruh sehingga ikut-ikutan dan tak mau sekolah.

Hal ini menjadi keprihatinan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko. Berdasarkan data yang dihimpun Tim Penanganan Anak Tidak Sekolah (PATS) Kabupaten Jepara, 45 anak tidak sekolah (ATS) yang didata sengaja meninggalkan bangku sekolahan karena disebabkan faktor terseret anak punk.

Edy meminta berbagai elemen di daerahnya, lebih kuat melindungi anak-anak agar tidak terseret menjadi anak punk.

“Tak hanya keluarga, tetapi juga RT, RW, tokoh masyarakat, guru, hingga mantan guru, perlu bersama-sama memberi pendekatan agar anak-anak paham arti pentingnya sekolah untuk masa depan”, kata Edy saat rapat evaluasi PATS Kabupaten Jepara di Ruang Rapat RMP Sosrokartono Setda Jepara belum lama ini.

“Mereka harus paham kalau punk ini merusak moral, merusak masa depan,” tambah Edy Sujatmiko.

Dalam kegiatan yang dipimpin Kepala Disdikpora Ali Hidayat bersama Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Natanael Hadi Siswoyo itu, Sekda Edy Sujatmiko hadir secara daring karena sedang ada kegiatan di Jakarta.

Menurut Edy Sujatmiko, di Jepara ada anak yang menempatkan punk sebagai hobi. Dia menceritakan, pada salah satu kegiatan operasi penertiban, ada anak punk yang ternyata berlatarbelakang santri.

“Jadi saat aktivitas di pesantren libur, dia nge-punk lagi. Ini, kan, harus kita waspadai, baik yang di sekolah maupun pesantren. Jangan sampai santri lain, siswa lain malah terseret,” tambahnya.

Terseret punk bukan satu-satunya faktor penyebab ATS. Berdasarkan data verifikasi dan validasi per kecamatan, per September 2024, Jepara memiliki 4.082 anak usia 7 sampai 18 tahun yang berstatus ATS.

ua