blank
Mahasiswa Ilmu Komunikasi USM bekerja sama dengan Komunitas Satoe Atap, menyelenggarakan kegiatan 'Sapa Ceria' kepada orang tua anak binaan komunitas itu, Minggu (8/12/2024). Foto: dok/usm

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Semarang (USM), bekerja sama dengan Komunitas Satoe Atap, menyelenggarakan kegiatan ‘Sapa Ceria’ kepada orang tua anak binaan komunitas itu, di Jalan Seroja Barat No1, Karangkidul, Kecamatan Semarang Tengah, Minggu (8/12/2024).

Ketua Pelaksana, Yusrilzal Rokhim mengatakan, Komunitas Satoe Atap merupakan komunitas sosial yang bergerak di bidang pendidikan di Kota Semarang, yang berfokus pada kalangan menengah dan bawah.

Namun beberapa orang tua masih banyak yang beranggapan, Komunitas Satoe Atap adalah tempat les untuk anak-anak.

BACA JUGA: Fakultas Hukum USM Adakan Diskusi Internal Bahas HAM di Indonesia

”Untuk itu, kami dan anggota komunitas mengunjungi rumah-rumah anak binaan, untuk berdialog langsung dengan orang tuanya. Kami melakukan wawancara untuk mengetahui sejauh mana orang tua memahami Komunitas Satoe Atap, aktivitas anak sebelum dan sesudah sekolah, serta dukungan orang tua terhadap proses belajar anak,” katanya.

Diskusi itu juga mencakup isu-isu pendidikan terkini, seperti pentingnya pembelajaran tambahan, tantangan memahami materi sekolah, cara orang tua membangun kedisiplinan dan kebiasaan belajar yang baik bagi anak.

Yusrilzal menekankan, pentingnya kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran, mengenalkan peran Komunitas Satoe Atap kepada orang tua, dan membantu memahami tantangan pendidikan yang dihadapi anak-anak.

BACA JUGA: Tim PKM Dosen MH USM Beri Pencerahan Hukum Pilkada

Dia beharap, melalui kegiatan ini, hubungan antara komunitas dan keluarga binaan menjadi lebih erat. Kegiatan ini juga dapat menjadi langkah strategis untuk menciptakan sinergi, dalam mendukung pendidikan dan perkembangan anak-anak, baik di sekolah maupun di rumah.

”Melalui dialog ini, kami memahami rutinitas harian anak, pola belajar mereka, dan dinamika keluarga yang memengaruhi pendidikan. Banyak orang tua yang salah memahami Satoe Atap sebagai tempat les. Kami berharap, dapat memberikan dukungan yang lebih efektif melalui program komunitas, dan meluruskan persepsi bahwa Satoe Atap bukan sekadar tempat les,” ucapnya.

Di sisi lain, ibu dari anak binaan Komunitas Satoe Atap, Tami, mengapresiasi diadakannya kegiatan itu. ”Kami merasa didengar dan dibantu untuk memahami, bagaimana mendukung pendidikan anak. Kehadiran komunitas seperti Satoe Atap sangat berarti bagi kami,” ungkapnya.

Riyan