blank
Sheva, salah satu pelajar di sela kegiatan Bedah Buku Rahasia Nusantara yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, di Radjawali Culture Center Semarang, Selasa 26 November 2024. (Foto: Dok)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sheva, pelajar SMP Krista Mitra di Kota Semarang bercerita akan kesehariannya dalam aktivitas ekonominya.

Dalam keseharian, Sheva menggunakan uang untuk jajan atau bahkan belanja barang-barang kebutuhan laiknya remaja seusianya.

Pelajar perempuan berkacamata itu, kerap bertransaksi jajan kecil atau belanja menggunakan sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

QRIS merupakan standar QR Code untuk pembayaran di Indonesia yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).

QRIS diluncurkan secara nasional pada 17 Agustus 2019 bertujuan untuk mempermudah, dan mempercepat transaksi pembayaran yang berstandar.

Sheva bilang, bertransaksi menggunakan QRIS sudah menjadi kebiasaannya yang tumbuh pada era modern dengan pesatnya perkembangan teknologi sekarang.

“Selama ini pakai QRIS lebih praktis menurut saya. Jadi saya itu lebih enak saja kalau pakai (bayar pakai metode) QRIS,” kata dia di sela kegiatan Bedah Buku Rahasia Nusantara yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, di Radjawali Culture Center Semarang, Selasa 26 November 2024.

Dalam kebiasaan kegiatan ekonomi itu, Sheva gemar menggunakan QRIS untuk membeli barang kebutuhan, ataupun jajan karena lebih efisien dan praktis bermodal gawai di genggaman.

Alasan lain yang cukup penting bagi Sheva, menyimpan uang dalam dompet digital dan ditransaksikan melalui QRIS lebih minim resiko kehilangan uang tunai.

“Saya juga orangnya pelupa, jadi takut aja kalau bawa uang tunai,” ucap Sheva sembari tersenyum tipis.

Dalam bertransaksi menggunakan QRIS, Sheva kebiasaan menentukan nilai di atas Rp20 ribu, atau Rp 30 ribu.

“Kalau Rp1.000 enggak (pakai QRIS). Saya pakai QRIS (kalau nilainya) Rp20 ribu atau Rp 30 ke atas. Kalau uang tunai biasanya dengan nilai-nilai kecil-keci saja seperti Rp5 ribuan,” katanya.

Dia mengatakan, takut bila membawa uang dengan nilai lebih dari Rp20 ribu yang dinilai banyak bagi seorang pelajar sepertinya.

“Kalau pakai (uang tunai) Rp20 ribu ke atas takut juga. Bawa uang tunai (banyak) takut hilang juga, kan lumayan (nilai itu) untuk saya usia remaja,” ucap dia.

blank
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra,. (Foto: Dok)

Kemudahan Fitur QRIS

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, mengajak seluruh elemen masyarakat mulai terbiasa menggunakan metode transaksi digital salah satunya QRIS.

“Kepada masyarakat mari kita gunakan metode pembayaran elektronik QRIS salah satunya. Mari kita tingkatkan pembayaran melalui mode elektronik QRIS agar kita mudah, efisien, dan terhindar dari uang palsu,” kata dia.

Rahmat menambahkan, fitur-fitur dalam QRIS selalu diperbaiki dari sisi keamanannya, sehingga akan membuat nyaman kepada pedagang atau merchant maupun masyarakat luas.

Dalam kesempatan lain, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Nita Rachmenia, menambahkan, instansinya punya program kerja edukasi hingga ke sekolah-sekolah dan kampus.

Program yang dinamai QRIS Goes to School, dan QRIS Goes to Campus, dengan tujuan meningkatkan literasi dan volume transaksi pembayaran digital tersebut.

“Pada program ini, disamping sosialisasi ada user experience, intinya kami tekankan bangun user experience-nya,” kata dia.

Lebih lanjut program QRIS Goes to School, telah dilakukan 22 kali yang diikuti 23.712 pelajar.

Pihaknya menyebutkan, tingkat literasi pemahaman peserta tentang sistem pembayaran non tunai mencapai 82,33%.

Kemudian untuk program QRIS Goes to Campus telah dilakukan sebanyak enam kali, dengan total audiens sebanyak 5.000 mahasiswa/i.

“Kegiatan ini berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perbankan. Pun pada program ini, tingkat literasi pemahaman peserta tentang sistem pembayaran non tunai mencapai 82,33%,” kata Nita.

Diaz Abidin