Oleh : Hadi Priyanto
Dr. Subroto, SE, MM, Mantan Wakil Bupati Jepara periode 2007 – 2012 memang telah telah wafat enam tahun lalu. Tepatnya hari Kamis tanggal 15 November 2018, sekitar 15.15 Wib. Ia mengalami serangan jantung ketika menaiki mobil yang menjemputnya usai pertemuan. Sesaat kemudian ia dijemput takdirnya di Rumah Sakit Pertamina Jakarta. Padahal sekitar jam 13.00 Wib Subroto masih menelepon stafnya di penggergajian Langon untuk menyerahkan uang bantuan ke sebuah pondok pesantren di Menganti.
Namun kendati enam tahun telah wafat, jejak pengabdiannya bagi Jepara masih dirasakan oleh sebagian warga, tentu dengan sejumlah kekurangan yang dimiliki sebagai seorang manusia. Dalam keterbatasannya sebagai seorang wakil bupati yang dikenal visioner, Subroto yang visioner telah banyak meninggalkan warisan bagi masyarakat kota Jepara.
Konsep pembangunan jalan Kartini, jalan Pemuda, Patung Tiga Pahlawan Perempuan, Patung Macan Kurung di Welahan, penutupan dan pembongkaran 47 bangunan permanen karaoke di Pungkruk, perubahan jalan Jepara – Kedungmalang dari kabupaten ke provinsi, jalan Tengguli – Gotri dari provinsi ke nasional adalah gagasan dan perjuangan Subroto.
Ia juga telah merancang pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Industri Balong untuk pemerataan pembangunan Jepara utara. Bahkan telah mulai dilakukan studi kelayakan bekerjasama dengan Institut Teknologi Surabaya dan dikunjungi sejumlah menteri. Asuransi bagi petani yang poso juga insiatif almarhum termasuk akses pengelolaan limbah PLTU oleh Pemkab Jepara. Untuk mencegah banjir dan mendukung pertanian, Subroto juga merancang bendung raksasa di Sumosari dan telah dikomunikasikan dengan pemerintah pusat.
Memang karena penyakit jantung yang dideritanya, tiga bulan sebelumnya almarhum memang telah memasang dua ring. Namun demikian kabar duka itu mengejutkan keluarga, sahabat dan warga Jepara. Sebab pria kelahiran Bojonegoro, 4 Mei 1953 itu pagi harinya baru saja berangkat ke Jakarta dari rumahnya yang tergolong megah di Gombel Indah No. 14, Kota Semarang.
Ia meninggalkan seorang istri Yunita Triharini dan dua orang anak, Mohammad Senojati Haryo PS dan Mohammad Bimosakti Haryo PS. Sedangkan dari pernikahan pertama dengan Yoenizar, almarhum dikaruniai 3 orang anak, Sri Ayu Kusuma Wardani, Indri Puspita Lestari dan Muhammad Aribowo Subroto.
Subroto pernah menjabat sebagai Wakil Bupati 2012-2017 berpasangan dengan Ahmad Marzuqi, Bupati Jepara. Namun pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Jepara tahun 2017, Subroto maju sebagai calon Bupati berpasangan dengan Nur Yahman. Namun pada Pilkada 15 Februari 2017 ia tidak dapat mengungguli pasangan calon Marzuqi-Dian Kristiandi dengan selisih sekitar 13.000 suara.
Sebelum menjabat Wakil Bupati Jepara, Subroto dikenal sebagai seorang pengusaha. Sejak menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang ia telah mulai menjalani bisnis beras dan BBM. Bisnisnya terus berlanjut hingga ia menyelesaikan program magister di perguruan tinggi yang sama. Juga saat menyelesaikan program doktoral di Universitas Airlangga Surabaya.
Ia kemudian mengembangkan bisnis furniture yang kemudian mengantarkan mengenal lebih dekat dengan Jepara adalah. Ia mulai bisnis ini dari rumahnya di Langon, Tahunan Jepara sekitar tahun 1987. Bekerjasama dengan pengrajin dengan memberikan bantuan modal kerja dan kayu yang telah di oven, pada awal tahun 1990-an PT Prasetya Indra Brata telah mulai eksport. Ia kemudian memindahkan usahanya ke BLK Semarang, dan selanjutkannya ke Karangawen serta terakhir di Sayung.
Di bawah bendera PT Prasetya Indra Brata yang terletak di Jalan Raya Sayung, Demak, Subroto kemudian dikenal menjadi salah satu eksportir furniture terbesar Jepara waktu itu. Bukan hanya itu, Subroto juga mengembangkan bisnis perumahan di Semarang.
Dr. Subroto, SE, MM, dalam keterbatasannya sebagai seorang wakil bupati Jepara telah banyak berbuat selama 5 tahun pengabdiannya. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang visioner dan memahami benar potensi dan tantangan yang dimiliki daerah. Ia juga dikenal memiliki komitmen dan konsisten dalam melayani masyarakat. Juga kesediaannya untuk berbagi rejeki dengan orang-orang yang membutuhkan, utamanya di bidang pendidikan dan anak yatim. Subroto juga memiliki kebiasaan untuk mengajak tamu-tamunya makan saat waktu makan tiba.
Untuk mengenang kebaikannya dan sekaligus mendoakan agar arwahnya diterima disisi Allah SWT, maka bersamaan dengan peringatan Haul ke-6, sejumlah teman dan sahabatnya telah melakukan ziarah kubur di makam Bergota. Diantaranya adalah H. Zaenuri Thoha, Kyai Aunur Rofiq, Riefan, Wienarto dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Mereka ziarah bersama dengan keluarga Subroto yaitu Yoenizar, dan putri pertamanya Sri Ayu Kusuma Wardani. (*)