“Bramana Kusuma (44) putuskan berhenti usai 15 tahun bekerja di dunia keuangan dan perbankan. Bermodal tekad, uang tabungan selama bekerja, dan dana pensiunan JHT BPJS Ketenagakerjaan, memantapkan dirinya untuk beternak ayam kampung. Potensi tingginya permintaan telur, dan daging ayam kampung organik menunjang perkembangan bisnis. Kini dia fokus menyuplai anakan ayam kampung ke peternak di berbagai wilayah Pulau Jawa…”
MENDUNG menggelayut di langit Kota Salatiga, Jawa Tengah, Ahad 7 November 2024 pagi menjelang siang. Suhu udara berkisar 25 derajat celcius, sebelum hujan pada sore hari. Bramana Kusuma (44) duduk di bangku teras menikmati udara yang terasa cukup sejuk, dan segar di wilayah kaki Gunung Merbabu itu.
Rama, sapaan akrabnya baru saja selesai beraktivitas di kandang ayam kampung Setya Farm miliknya. Letak kandang berada di belakang rumah, perkampungan Jalan Nakula Sadewa, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.
Sepintas tak terlalu terdengar suara ayam dari depan rumah. Bau kandang ayam yang menyengat pada umumnya juga tidak terasa. Padahal jarak teras rumah dan kandang ayam hanya sekira 20 meter.
Rama saban hari melakukan rutinitas sebagai peternak pada umumnya. Mulai menyiapkan dan memberi pakan, mengecek kondisi kesehatan ayam, dan kandang, memeriksa anak-anak ayam atau Day Old Chicken (DOC), dan lain-lain.
“Pemberian pakan dua kali sehari. Pagi sebelum pukul 07.30 WIB, dan sore sebelum pukul 16.30 WIB,” kata Rama yang juga sedang menerima konsultasi dari calon peternak yang berkunjung untuk belajar langsung.
Memulai Usaha
Usaha yang digeluti Rama, yakni peternakan ayam kampung petelur unggul. Ada dua jenis ayam kampung yang dikembangkan. Pertama Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) asli Jawa Barat, dan Elba yang berasal dari Arab Saudi.
Usaha ini mulai fokus digeluti Rama saat Covid 19 merebak pada 2020. Saat itu dia masih bekerja sebagai Marketing Head salah satu bank di Salatiga. Hingga tak lama kemudian memutuskan undur diri dari perusahaan dan fokus mengembangkan bisnis ayam kampung.
“Ketika Covid 19, saya WFH (work form home) enam bulan jadi fokus di kandang, mengembangkan dan beternak ayam KUB. Sebetulnya sudah memulai usaha ini ketika masih kerja,” kata dia.
Jauh sebelum itu, keinginan berwirausaha sudah mulai dilakukan Rama meski belum mendapat keberhasilan. Dia pernah usaha sayuran hidroponik selama kurang lebih dua tahun. Karena pasarnya kurang menjanjikan, dia berganti usaha beternak cacing.
“Itu gagal juga lalu ganti beternak ulat hongkong selama satu tahun gagal lagi. Lalu ternak ulat jerman sudah beli kumbangnya juga, proses satu tahunan gagal lagi,” kata dia.
Pada 2015, Rama mulai melirik beternak unggas yakni Ayam Joper atau Jowo Super yang merupakan persilangan dua jenis ras ayam yang berbeda. Saat itu, kata dia, masyarakat menganggap Ayam Joper sebagai Ayam Kampung.
Dia mengaku, bisnis itu cukup berkembang dan mampu meyuplai Ayam Joper ke rumah makan sejumlah rumah makan. Bisnis itu bertahan selama empat tahun hingga 2019.
“Kemudian harga panen ayam jatuh. Lalu saya punya inisiatif belajar lagi mencari Ayam Kampung yang asli. Lalu riset akhirnya ketemu Ayam KUB ini,” kata dia.
Ayam KUB
Selama tiga bulan, Rama belajar ke peternak ayam KUB yang dirasanya sudah senior dan sudah jalan. Berjalannya waktu, dia memberanikan diri memesan anakan ayam atau DOC sebanyak 20 ekor untuk dibesarkan. Apalagi dia sudah punya pengalaman beternak ayam sebelumnya.
“Perkembangannya bagus. Pada umur lima bulan bisa seleksi untuk dijadikan indukan. Pada usia 5,5 bulan ayam itu sudah belajar bertelur,” ucap sosok bernama lengkap Bramana Kusuma Setya Wicaksana.
Ayam berhasil bertelur, dia mulai berfikir untuk memasarkan produk telur ayam kampung asli pertamanya itu. Menurutnya, di masa awal Covid 19, permintaan telur ayam kampung tinggi.
Hal itu, kata Rama, dikarenakan masyarakat mulai sadar kesehatan. Mereka yang mulai sadar pola hidup sehat lebih memilih konsumsi telur dan daging ayam kampung, di mana budidayanya lebih organik dibandingkan ayam ras.
“Telurnya coba jual ternyata peminatnya lumayan bagus, malah setiap hari rata-rata tambah konsumennya. Waktu itu awal Covid 19, pola hidup sehat masyarakat sudah terfikirkan lebih baik. Makanan sehat untuk menambah imun. Katanya bisa untuk percepat penyembuhan pasien,” kata sosok asal Magelang itu.
Akhirnya, sebut Rama, seiring waktu bertambah banyak konsumen telur ayam kampung untuk konsumsi. Dia merasa harus memperbanyak produksi telur ayam lagi.
Ayam Elba
Kurang lebih satu tahu setelah mulai beternak Ayam KUB, dia mulai riset dan membaca sejumlah literatur tentang jenis ayam kampung lain yang lebih produktif. Hingga bertemulah dengan jenis ayam kampung yang produksi telurnya lebih tinggi, yakni Ayam Elba.
Sejumlah literatur di internet menyebut, Ayam Elba dikembangkan oleh Lala Setyawan atau dikenal Haji Lala asal Dusun Batikan, Kabupaten Temanggung. Di mana pada 2010 saat ibadah haji, dia membawa pulang 60 an butir telur ayam dari Jeddah.
Sesampainya di Indonesia, ayam itu ditetaskan namun gagal. Tersisa tiga telur yang dititipkan ke rekannya peternak yang ternyata berhasil menetas lengkap ada jantan dan betina. Akhirnya ayam itu dikembangkan Haji Lala, dan dinamai ‘El’ berasa dari awalan namanya, dan ‘Ba’ nama Dusun Batikan.
“Saya langsung ke Haji Lala di Temanggung. Itu saya ke sana dan niatkan belajar, dan memang telurnya sama persis dengan ayam kampung. Waktu itu beli satu boks DOC Ayam Elba, selang dua pekan beli pulet atau calon indukan yang betina 20-an ekor,” kata Rama.
Dirinya mulai memelihara selama empat bulanan, dan sudah mulai bertelur. Artinya lebih cepat bertelur dengan catatan pemberian pakan yang bagus, serta bobot ayam betina minimal 1 kilogram. Bila dibandingkan Ayam KUB, mampu bertelur dengan dengan bobot rata-rata 1,3 kg dan mampu bertelur pada umur lima setengah bulan.
“Ayam Elba ternyata produksi telurnya lebih banyak dibandingkan ayam kampung yang lain. Ayam kampung asli atau Jawa rata-rata produksi telur pertahun 60-80 butir, kalau Ayam KUB 160-180 butir per tahun. Nah Ayam Elba bisa sampai 300-320 an butir. Banyak sekali selisihnya. Dengan keunggulan lain pakannya lebih irit dibandingkan ayam KUB,” ujar Rama.
Pun pada pemberian pakan, Ayam Elba indukan betina rata-rata per ekor butuh asupan makanan 70-80 gram per hari. Untuk Ayam KUB buth 90-100 gram. Selisih 20-30 gram per ekor tiap hari. Artinya, untuk usaha telur konsumsi, Ayam Elba ini lebih bagus.
“Secara bentuk telur, fisiknya sama dengan ayam kampung biasa. Kalau nilai gizinya tergantung nilai nutrisi dari pakan yang diberikan. Ayam Elba di tempat saya ini masih F1 atau galur murninya belum ada persilangan dengan ayam kampung lain,” kata dia.
Pemasaran
Rama punya strategi dalam pemasaran telur ayam kampung produksinya. Sebagai seseorang yang punya latar belakang pekerjaan sebagai marketing, dia menjual paket 10 butir gratis satu butir untuk menarik minat calon pembeli.
Mulanya, dia menyasar berjualan ke sekolah-sekolah, target konsumennya para guru. Di sekolah, dia menilai banyak orang di sana dan sasarannya merupakan kelompok ekonomi menengah. Dari sisi peminat, dia mengelompokkan segmentasi pasar.
“Jadi ada segmen ekonomi menengah ke atas. Kemudian masyarakat yang sadar dengan pola hidup sehat,” kata sosok Sarjana Hukum tersebut.
Dia juga mulai masuk ke komunitas peternak Ayam KUB. Bilamana ada permintaan telur seperti ke warung makan dengan menu Gudeg, biasanya harus pakai telur ayam kampung.
Kemudian ada pasar konsumen yang beli untuk penyembuhan atau terapi. Dirinya juga masuk ke kantor-kantor instansi pemerintahan, ada juga masuk ke Rumah Sakit untuk pasar pegawai di sana.
“Untuk penjualan telur ayam kampung konsumsi pada tahun pertama, saya jual harian dari pintu ke pintu rata-rata per hari 60-100 butir. Sekarang per hari produksi 200-500 butir, dari pelanggan tetap dan reseller. Per butir harganya saya jual bisa Rp2.500. Kalau untuk reseller lebih murah lagi karena mereka untuk dijual lagi,” kata Rama.
Dia melanjutkan, secara pasar telur ayam kampung prospek segmentasinya besar untuk masyarakat perkotaan. Ada peternak yang sudah mampu menyuplai telur aya kampung ke minimarket. Akan tetapi dia menilai peluang bisnisnya masih banyak dan luas.
“Masih luas pasarnya, kompetitornya tidak banyak. Kebutuhan telur ayam kampung konsumsi skala besar kita harus langsung ke end-user, di mana profitnya lebih banyak dibandingkan pengepul,” kata dia.
Fokus Penetasan DOC
Saat ini, Rama fokus memelihara jenis ayam kampung yakni Ayam KUB dan Ayam Elba. Keduanya memiliki produksi telur yang berbeda, namun punya keunggulan ayam masing-masing yang tentu masih menjanjikan secara pasar bagi peternak.
Potensi bisnis ayam kampung dari kedua jenis ayam itu disebutnya sangat menarik. Apalagi saat itu Covid 19 permintaan telur ayam kampung untuk konsumsi sangat banyak.
Kata Rama, saat ini mulai banyak peternak atau calon peternak melirik bisnis ayam kampung tersebut. Melihat hal itu, Rama mencoba fokus pada penetasan telur fertil menjadi anak ayam atau DOC sejak 2023 untuk disuplai ke peternak.
“Walaupun dari 2020 ketika sudah ada telur vertil yang ditetaskan ya saya tetaskan terus. Sekarang banyak permintaan DOC, saya bisa melayani ke seluruh Pulau Jawa. DOC dkirim lewat jalur ekspedisi hewan, biasanya lewat PT KAI,” ujarnya.
Secara populasi, Rama memiliki indukan Ayam KUB kurang lebih sekira 30 paket. Dalam satu paketnya terdapat jantan dan lima betina. Kemudian Ayam Elba sekira 10 paket. Keduanya digunakan untuk menyuplai telur fertil untuk penetasan DOC.
Diakuinya jumlah itu belum banyak bila melihat permintaan DOC yang harus pesan antri jauh-jauh hari sebelumnya. Solusinya, dia bermitra dengan sejumlah komunitas peternak di Salatiga untuk mendapatkan suplai telur fertil.
“Yang indukan Ayam Elba tidak terlalu banyak, karena kita juga punya mitra peternak kita bentuk mitra kecil di Salatiga. Kita saling kerja sama kalau ada permintaan di luar. Karena saya tidak punya karyawan yang membantu pekerjaan,” kata dia.
Untuk permintaan DOC, per pekannya paling tidak dia mengirim dua kali pesanan ke pelanggan. Dia punya alat tetas telur masing-masing berkapasitas 500 butir, dan 700 butir. Dia mampu mengirim setidaknya 400-an DOC setiap pekannya, dengan pengiriman tiga hari sekali.
“Anak ayam DOC itu bisa dijual satu hari setelah menetas, ketika bulu sudah kering, bisa jalan, belajar makan dan minum langsung bisa dikirim dan aman. Pengiriman ke seluruh Pulau Jawa. Pernah, misalnya perjalanan dua hari Alhamdulillah masih sehat. Ya paling mati satu atau dua ekor, tapi kasusnya normal karena terinjak temannya,” kata Rama.
Untuk memberikan kenyamanan pada pelanggan, setiap pengiriman pesanan satu boks berisi 100 ekor ayam DOC akan ditambahkan dua ekor sebagai garansi bilamana ada yang mati sebagai pengganti.
“Harga anak ayam DOC untuk Ayam KUB Rp8 rb per ekor, dan Ayam Elba Rp10 ribu per ekor. Sistem pemesanan DOC antri, dan menitip uang muka minimal 25 persen, serta tambah uang ongkos kirim. Kalau mau diambil ke sini tidak ada ongkos kirim,” katanya.
Dia memerinci pasar anakan ayam DOC cukup bagus di Jawa Tengah khususnya. Misalnya dia ada kerja sama dengan wisata edukasi di Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Di sana ada anak-anak muda pengusaha yang mengembangkan peternakan, pertanian di desa.
Rama bilang, pengiriman DOC juga dilakukan ke berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Timur, dan kota-kota lainnya. Peternak dari luar pulau seperti Kalimantan juga mulai banyak melirik usaha Ayam Kampung. Mereka mulai belajar dan memesan bibit dari Pulau Jawa.
Tantangan
Bisnis yang dilakukan Rama tak selamanya mulus, di mana awal mula beternak banyak yang mati. Saat itu memelihara Ayam Joper sebaga peternak yang masih pemula. Dia mendapat bibitnya yang mungkin kurang bagus.
“Pernah hampir mati sebagian. Ambil DOC tiga boks mati hampir 150 an. Yang Ayam KUB dan Elba Alhamdulillah bagus hasilnya karena sudah pernah belajar saat pelihara Ayam Joper. Paling kematian karena kematian wajar, bukan penyakit atau virus. Biasanya mati karena suhu kandang dingin, kurang hangat. Tapi belajar terus, kita pakai thermometer untuk atur suhu ruangan kandang,” kata dia.
Tantangan yang lain yakni penyakit. Biasanya yang menyerang ayam ketika pancaroba seperti pilek atau batuk dan ada penyakit yang menyerang saluran pernafasan hingga membuat mata bengkak.
“Kalau panas itu juga sering muncul stress karena suhu udara tinggi, sama berak kapur, berak hijau. Semuanya itu sebetulnya tergantung dari kebersihan kandang dan pencegahan. Lebih baik mencegah dan mengobati,” katanya.
Kebersihan kandang amatlah penting dan tidak bisa ditawar-tawar. Dia punya tips antisipasi, yakni penyemperotan disinfektan pada kandang dengan merek yang berbeda setidaknya tiga hari sekali. Tujuannya supaya virus tidak kebal pada satu merek.
Kemudian, pedagang ayam dan peternak ayam tidak diperbolehkan masuk ke kandang. Karena mereka yang paling rawan membawa virus yang tak terlihat oleh mata. Ayam juga butuh minuan kesehatan herbal berupa jamu-jamuan dari rempah-rempah, atau sayur, serta daun-daunan yang tumbuh di lingkungan sekitar.
Selebihnya, terus belajar dan nanti akan menemukan permasalahan. Peternak harus belajar terus sampai hafal dan ahliserta mampu mengatasi permasalahan penyakit.
Modal Tabungan dan Dana JHT
Berkembangnya bisnis Setya Farm milik Rama tentu butuh keuangan sebagai permodalan. Modal keungan juga dikelola dengan baik selain ilmu pengetahuan beternak ayam kampung.
Rama menjelskan, mengumpulkan modal sedikit demi sedikit saat masih bekerja di industri keuangan dan perbankan. Dia selalu menyisihkan sebagian dari bonus/insentif dari kantor untuk menyicil bangun kandang, dan lainnya.
“Iya benar mas,mengumpulkan uang sedikit-sedikit. Terus dapat keuntungan dari hasil panen atau penjualan yang diputarkan lagi untuk mengembangkan usaha,” kata dia.
Selain dari tabungan dan perputaran keuntungan bisnis itu, dia juga mendapat manfaat dari dana jaminan hari tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan. Dana yang terkumpul selama dia bekerja di industri keuangan dan perbankan itu digunakan untuk menambah modal mengembangkan bisnis.
“Asuransi BPJS Ketenagakerjaan juga habis masuk modal. Saya lupa angka pastinya, kurang lebihnya sekitar Rp 20 juta untuk nambah modalnya,” kata dia.
Rama berharap, wirausaha seperti yang dilakukannya bisa memberikan motivasi, inspirasi, dan manfaat yang positif untuk semua orang. Terlebih bagi mereka yang ingin berwirausaha dimulai dari yang kecil sekalipun.
Tantangan dan Tips Peternak Pemula
Usaha Setya Farm tentu tak mulus, awal mula ada tantangan saat beternak banyak ayam yang mati. Misalnya saat itu memelihara Ayam Joper karena masih pemula membeli bibit yang mungkin kurang bagus. Pernah, dia membeli tiga boks DOC hampir sebagianya yakni hampir 150-an ekor mati.
“Untuk Ayam KUB Alhamdulillah sudah belajar sebelumnya dari Ayam Joper. Jadi paling kematian karena kematian wajar, bukan penyakit atau virus. Kadang suhu dingin, kurang hangat. Belajar terus, kita pakai thermometer suhu ruangan,” katanya.
Dia juga punya punya cara agar ayam di dalam kandang sehat dan tidak mati terjangkit penyakit. Pertama menjaga kebersihan kandang, kemudian penyemperotan disinfektan tiga hari sekali.
Dia juga melarang pedagang ayam, dan peternak unggas untuk masuk ke kandang miliknya. Hal itu dikaranakan, mereka yang paling rawan membawa virus yang tidak terlihat. Kemudian pemberian jamu-jamuan rempah untuk kesehatan, serta pakan dengan nutrisi yang baik supaya menhasilkan telur yang berkualitas.
Untuk peternak pemula, Rama punya saran agar berani mencoba praktik dengan mulai memelihara dengan populasi ayam yang sedikit dahulu.
Ketika proses, kata dia, sambil jalan nanti pasti ada kendala atau permasalahan. Pemula bisa berkonsultasi dengan peternak yang sudah jalan bisnisnya untuk membantu memberikan solusi.
“Kalau berhasil nanti bisa menambah populasi ayam lagi. Berproses, jangan patah semangat, optimistis, nikmati proses itu, tidak perlu takut akan kegagalan. Usaha itu bertahap,” kata dia.***
Diaz Azminatul Abidin