blank
Warung Nasi Bu Tini Wonogiri-1 di Kota Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menjadi tumpuan bagi yang rindu masakan Jawa.(SB/Bambang Pur)

BELITUNG (SUARABARU.ID) – Tulisan ”Warung Nasi Bu Tini Wonogiri.” ditempel di bagian depan. Karenanya, mudah dibaca oleh siapa pun. Ini yang membedakan dengan kondisi warung-warung makan yang ada di Kota Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Lokasi warung makan nasi Bu Tini Wonogiri, berada di totogan pertigaan jalan ‘tusuk sate,’ arah barat Hotel Golden Tulip di Jalan Seroja No: A-89-90 Parit, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung. Tempatnya mudah dijangkau dari semua arah di Kota Tanjung Pandan.

Bu Tini adalah wanita asal Desa Tanjungsari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Sejak Tahun 2011 membuka Warung Makan dengan nama Bu Tini Wonogiri. Sehari-harinya, menjajakan aneka ragam menu kuliner khas masakan Jawa. Ada sayur lombok, tahu, tempe, daging, ayam dan ikan laut. Juga ada lauk oseng-oseng (tempe, pare, kacang panjang dan kulit melinjo).

Warung yang memperkerjakan sebanyak 6 orang ini, juga menyediakan ayam bakar khas Klaten, telor dadar, telor dan ayam bumbu rujak, pecel, urap, opor ayam, sayur bening (berbahan baku bayam, kacang panjang, wortel) dan bothok (berbahan paurtan kelapa dicampur ikan teri). Tersedia pula lauk tahu dan tempe goreng dan yang dimasak bacem, masakan ikan laut, krupuk, karak (krupuk puli), rempeyek (kedele dan kacang tanah).

”Ini Bu Tini tidak ada, sedang menjalankan ibadah umroh ke tanah suci,” jelas Joko. Warung tersebut, sehari-hari dikelola oleh anaknya. Bu Tini punya tiga anak. Dua dari tiga anaknya sehari-hari mengelola warung di Belitung. Kemudian satu anaknya, tinggal di kampung halaman, merawat rumah dan bersawah.

Beijing

Warung makan ini, menempati tanah sewa. Menyewa per tahun Rp 16 juta. kemudian didirikan bangunan semi permanen untuk buka warung makan. Buka mulai Pukul 07.00 sampai Pukul 20.00. Pengunjung dapat memilih jenis lauk yang disukai. Aneka lauk disajikan di meja panjang dan pembeli bebas memgambilnya dengan cara prasmanan. Banyak pembeli yang datang makan di tempat, atau dibawa pulang dengan cara dibungkus.

blank
Di Warung Bu Tini Wonogiri, disajikan sekitar 20 macam lauk masakan khas Jawa, dijejer di meja panjang untuk menyambut pengunjung dengan cara prasmanan.(SB/Bambang Pur)

Mampir makan di Warung Bu Tini Wonogiri di Belitung, menjadi pilihan bagi yang kangen (rindu) masakan Jawa. Berbicara soal kangen masakan kampung halaman, ini mengingatkan pengalaman Wartawan Bambang Pur yang pernah dua kali tugas jurnalistik ke Cina (Tahun 1990 dan 2009). Setelah hari-harinya selalu menikmati menu Chinese Food, suatu hari menemukan ada Jakarta Restaurant di Kota Beijing. Menyajikan menu soto, timlo dan gado-gado. Yang menu ini, sulit ditemukan di keramaian Kota Beijing, China.

Jakarta Restaurant yang ada di Ibukota Republik Rakyat China (RRC) tersebut, dimiliki keluarga Tionghoa kelahiran Jakarta, Indonesia. Keluarga ini memilih pulang ke China, karena di Zaman Presiden Bung Karno, Pemerintah RI membuat Undang-Undang Nomor: 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia. Bahwa orang keturunan Tionghoa, wajib untuk melepaskan hak dwi-kewarganegaraannya. Pilihannya, bila tetap tinggal di Indonesia harus menjadi WNI, atau pulang ke Tiongkok demi mempertahankan hak kewarganegaraan di negara asal tidak hilang.

Pemandu wisata dari Rajawali tour and travel, Ayik, menyatakan, usaha warung makan Wonogiri milik Bu Tini berkembang sukses. Menjadi destinasi wisata kuliner bagi mereka yang rindu masakan Jawa. Bu Tini sekarang punya tiga warung makan. Dua warung makannya, berada di dekat Rumah Sakit Tanjung Pandan dan di dekat pelabuhan. Bu Tini menjadi sosok perantau asal Wonogiri yang sukses.

Kaum boro (perantau) asal Wonogiri di Belitung, ada pula yang sukses berdagang bakso. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Belitung, Hilman, menuturkan, punya kenalan pedagang bakso asal Wonogiri yang laris berjualan di Belitung. ”Pernah saya diajak dolan ke rumahnya di Wonogiri. Lokasinya di desa yang pemandangannya indah bergunung-gunung,” tutur Hilman.(Bambang Pur)