SEMARANG (SUARABARU.ID) – Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah mengundang pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2024 jenjang SD dan SMP untuk mengikuti kemah penulisan Cerita Cekak (Cerkak).
Kemah tersebut dilaksanakan di Pondok Wisata Umbul Sidomukti, Jimbaran, Bandungan, Kabupaten Semarang, pada Senin-Rabu (4-6 November 2024).
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Syarifuddin menyampaikan terima kasih kepada para pemangku kepentingan, pemerintah kabupaten/kota, dinas pendidikan, guru, komunitas, dan siswa yang mendukung program revitalisasi bahasa daerah yang dilaksanakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah ”
“Penguatan revitalisasi bahasa daerah ini dimulai dari pendidikan dasar, yakni siswa SD dan SMP,” ungkap Syarifuddin
Syarifuddin mengatakan,,para peserta kemah penulisan Cerkak ini sudah mulai dekat dengan bahasa daerahnya. Mereka yang mengikuti lomba penulisan cerkak ini telah mempraktikkan literasi dengan menggunakan bahasa Jawa.
“Anak-anak ini juga telah melaksanakan pelindungan bahasa daerah. Program literasi dan program pelindungan ini termasuk diantara prioritas Badan Bahasa bersama Balai Bahasa,” jelasnya.
Syarifuddin menambahkan, kegiatan menulis tentu didahului dengan membaca. Dalam membaca, ada kegiatan menyimak di dalamnya. “Ada empat keterampilan dasar yang harus dikuasai anak-anak kita ini, yaitu, membaca, menulis, menyimak, dan berbicara,” terangnya.
Salah satu narasumber kegiatan, Gunawan Budi Susanto, mengatakan, dalam lomba penulisan cerkak pada FTBI tahun 2024 ini, terdapat penurunan secara kualitas dibandingkan dengan lomba yang sama pada FTBI tahun lalu. Ada 70 naskah cerkak karya siswa SD dan SMP yang berasal dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
“Ada beberapa naskah yang bagus, bahasa runtut, karakter tokoh oke, ejaan juga baik. Namun, karya-karya bagus ini lepas alias ucul dari tema yang ditentukan panitia,” ujar sastrawan yang akrab dipanggil Kang Putu itu.
Turiyo Ragilputra yang juga menjadi narasumber mengatakan, permasalahan dalam penulisan cerkak bagi siswa SD dan SMP hampir sama. Mereka masih kesulitan dalam penguasaan kosakata bahasa Jawa, kesalahan ejaan, dan tanda baca.
“Mungkin para siswa ini terpaku pada jumlah halaman yang ditentukan panitia. Akibatnya, ada yang menulis dalam satu baris hanya berisi tiga sampai empat kata,” katanya.
Ning S