BELITUNG (SUARABARU.ID) – Satam adalah batuan khas Indonesia yang ditemukan di Pulau Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Batu meteorit warna hitam berurat ini, jatuh dari langit dan disebutkan memiliki tuah kewibawaan, penolak jin dan setan serta penangkal aura gaib negatif.
Wartawan suarabaru.id Bambang Pur, yang pernah dua kali tugas jurnalistik ke Tiongkok (Tahun 1990 dan 2009), memperoleh pemahaman, itu berkaitan dengan keyakinan sebagaimana yang dipercayai oleh Kekaisaran China terhadap Batu Giok. Yang dipercaya memiliki tuah keberuntungan dan kebahagiaan. Baik untuk jenis Black Jade (giok warna hitam) atau yang Imperial Jade (giok warna hijau zamrut).
Batu Satam termasuk langka, terbentuk dari hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan atmosfer bumi, yang mengandung timah tinggi pada jutaan tahun lalu. Yang kemudian ditemukan pertama kali di Pulau Belitung pada Tahun 1973. Lokasinya di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit. Ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah beretnis China, dalam penambangan timah pada kedalaman 50 Meter.
Menurut Sejarawan dan Budayawan Belitung, Dato’ Akhmad Elvian, sebagaimana diunggah oleh rri.co.id Sabtu (20/4/24), nama Satam didasari atas dua suku kata. Yaitu Sa dan Tam, yang berasal dari bahasa China suku Khek yang ada di Belitung. Sa atinya pasir dan Tam empedu. Sehingga Satam memiliki arti empedu pasir.
Satam diproses menjadi beragam jenis batu mulia khas kebanggaan Pulau Belitung. Oleh para pengrajin, dibuat menjadi cinderamata bagi para wisatawan. Yakni menjadi batu perhiasan seperti mata giwang, liontin kalung, batu akik untuk cincin, dan digunakan sebagai batu permata pada tongkat dan lain-lain. Harga batu akik Satam, paling murah Rp 200 ribu per biji.
Sebagai batu kebanggaan, Pemkab Belitung, membangun tugu ikonik Satam Square yang pada bagian atas dipajang monumen Batu Satam berukuran besar. Lokasinya di taman pusat keramaian di Kota Tanjungpandan, Belitung.
Kiai Pamor
Satam mempunyai nama Tektite dan Billitonite. Tektite, digunakan oleh para ilmuan yang meneliti Batu Satam. Sedangkan istilah Billitonite, digunakan oleh seorang Insinyur peneliti dari Belanda bernama N.Wing Easton, yang melakukan penelitian terhadap Batu Satam. Batu satam sudah diuji oleh Fakultas MIPA Universitas Pajajaran Bandung serta Laboratorium Kimia Mineral Lingkungan.
Hasil penelitian ilmiah tersebut, menyebutkan sekitar 700 ribu tahun lalu, ada sebuah meteor jatuh ke bumi Indonesia. Meteor inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Batu Satam. Memiliki kadar kekerasan ± 5 – 6 dalam Skala Mohs.
Lain halnya dengan meteor yang jatuh di Prambanan, Jawa Tengah, pada Tahun 1797, yang kemudian diboyong ke Keraton Surakarta dan dinamai sebagai Kiai Pamor. Oleh Raja Kasunanan Solo, digunakan untuk campuran pembuatan keris pusaka.
Dalam jagad galaksi tata surya, meteor lebih dulu terbakar ketika masuk dalam lapisan atmosfer bumi. Bila masih ada sisa batuan yang jatuh ke bumi, material itu dikenal dengan nama meteorit.
Sejumlah meteorit terbesar yang pernah jatuh ke bumi, setidak-tidaknya ada lima. Pertama, Meteorit Hoba seberat sekitar 60 ton, yang jatuh ke bumi peternakan di Hoba West, Otozone Jupa, Namibia. Kedua, Bacubirito seberat 22 ton, yang jatuh di Meksiko pada Tahun 1863 dan ditemukan oleh seorang Geologis bernama Gilbert Ellis Bailey.
Ketiga, Meteorit Cape York terjadi sekitar 10.000 tahun lalu, tapi baru ditemukan Tahun 1993 di Greenland. Meteorit seberat 20 ton ini, dipajang di Museum Geologi Universitas Kopenhagen, Denmark. Keempat, Meteorit Mbozi seberat 16 ton yang merupakan salah satu pecahan asteroid yang jatuh dan ditemukan di Tanzania. Yang oleh masyarakat di Tanzania, dianggap sebagai Batu Suci dan bertuah. Kelima, Meteorit Willamette berbobot 15,5 ton, ditemukan oleh Ellis Hughes dan menjadi yang terbesar yang pernah jatuh di Amerika Serikat pada Tahun 1902.(Bambang Pur)