Peserta diskusi Sastra A.A. Navis Membaca Zaman yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Minggu 15/9-2024. Foto: Dok Balai Bahasa Jateng

SEMARANG (SUARABARU.ID) –  Dalam rangka memperingati 100 tahun A.A. Navis, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah menggelar Diskusi Sastra A.A. Navis Membaca Zaman, Minggu 15/9-2024. Kegiatan yang berlangsung di Balairung Balai Bahasa Jateng ini dibuka oleh Kepala Balai, Dr. Syarifuddin, M.Hum.

Diskusi sastra ini menghadirkan narasumber M. Haryanto yang juga dikenal sebagai  Emha Jayabrata,  dosen seni teater di Universitas Pekalongan serta Amaliyatul Hidayah Roqiq, salah satu Duta Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan moderator  adalah Mustika Maharani Alamsyah, Duta Bahasa Jateng.

Kepala Balai, Bahasa Provinsi Jateng, Dr. Syarifuddin, M.Hum. saat membuka diskusi sastra. Foto: Dok Balai Bahasa Jateng

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah  Dr. Syarifuddin, M.Hum. saat membuka diskusi sastra menjelaskan, tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah  untuk memperingati 100 tahun A.A. Navis yang dalam sidang UNESCO pada tanggal 22 November 2023 telah diakui hari lahirnya sebagai hari lahir sastrawan dari Indonesia yang mendunia.

Menurut Dr. Syarifuddin, M.Hum., A.A. Navis melalui karyanya telah mampu menumbuhkan semangat kesastraan di Indonesia. “Karena itu harus dikenang dan sekaligus menjadi inspirasi bagi munculnya sastrawan-sastrawan baru,” tuturnya.

Pembicara dan moderator acara diskusi sastra .Foto: Dok Balai Bahasa Jateng

Ia juga menjelaskan, sastra tidak bisa lepas dari bahasa dan  kebahasaan didalamnya ada sastra. Karena itu penguatan kebahasaan dan kesastraannya dengan tiga program prioritas tentang literasi perlu terus dilakukan.” Pada bulan Oktober nanti akan digelar Festival Tunas Bahasa Ibu di Jepara,” ujarnya.

Sementara M. Haryanto  yang juga dikenal sebagai Emha Jayabrata menjelaskan, A.A. Navis mendapatkan sebutan pencemooh yang handal karena karyanya  yang bergaya satir dan menohok.  “ A.A. Navis  seolah ingin menyampaikan, agar moral yang ku sampaikan tersampaikan dengan baik, kulontarkanlah cemooh ini. Agar pesan sampai kehati,” terangnya

Amaliyatul Hidayah Roqiq, salah satu Duta Bahasa Provinsi Jawa Tengah saaat menyampaikan materi paparannya. Foto: Dok Balai Bahasa

Dijelaskan pula, A.A. Navis  adalah seorang pembaca sekaligus pengamat ulung. “Beliau tidak hanya menulis sebuah sastra, tetapi membaca juga mengamati, hubungan dengan Tuhan (Hablum min Allah), Hablum minnannas (dengan agama), dan Hablum minn alam (hubungan dengan lingkungan),” ungkapnya

Sedangkan Amaliyatul Hidayah Rofiq, Duta Bahasa Jateng yang juga Presiden BEM Unisbank menjelaskan, A.A. Navis adalah  seorang sastrawan yang telah mencapai tahapan intuitif dalam berpikir. Berawal dari gemar membaca buku, majalah hingga membaca lingkungan.

Menurut Amaliyatul Hidayah Rofiq , A.A. Navis melalui karyanya yang menggunakan alur kisah realisme mengisahkan kehidupan sehari-hari dengan bahasanya yang satir namun tetap mengandung makna humanis. “Dengan pengalamannya beliau juga miliki kemampuan untuk  mengubah sebuah kisah menjadi cerita menarik yang tidak hilang ditelan masa,” ungkapnya.

Salah satu contoh karya sastranya yang berjudul Robohnya Surau Kami mengisahkan sindiran kepada seorang yang tidak menjalani kehidupan dengan memerhatikan hubungan vertikal dengan Tuhan (Hablum min Allah) dan hubungan horizontal yakni dengan sesama makhluk bumi. Ibadah tanpa diiringi bermuamalah atau bertransaksi atau bermanfaat bagi sesama juga tidak lengkap rasanya.

Bahkan banyak karya sastra yang ia buat dilirik oleh media luar sehingga menerbitkan cerpennya dengan bahaasa asing seperti The Asahi Asian ke Bahasa Jepang.

Hadepe – Amaliya