blank
Sebanyak 400 siswa menyajikan tari Saman garap baru secara massal, dengan iringan lagu Apuse Kokon Dao.(SM/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Tari Saman dikembangkan oleh Syekh Saman, yakni seorang ulama asal Dataran Tinggi Tanah Gayo di Aceh Tenggara. Gerak ritmik Tari Saman tersaji elok dalam warna kekompakan. Membuat Tari Seribu Tangan ini, bagai menyihir penontonnya menjadi terkagum-kagum.

Gerak tariannya, memiliki makna mendalam, melambangkan tingginya pendidikan, sopan santun, kekompakan, kebersamaan, serta kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Memiliki keunikan gerakan dan tepukan yang padu oleh penari dengan jumlah ganjil. Tanpa disertai iringan musik, tari dari ‘Serambi Mekah’ ini, mengandalkan gerak indah tangan, kepala dan badan para penarinya.

Rabu malam (11/9/24), Tarian Saman disajikan untuk memeriahkan malam api unggun perkemahan Pramuka para siswa SMK Negeri 1 Wonogiri. Perkemahan ini, dulu dikenal sebagai Perpegak (Perkemahan Penggalang ke Penegak). Tapi sekarang, dipopulerkan sebagai event penyambutan Ambalan Baru di Gugus Depan (Gudep) 0119 dan 0120 Pati Unus dan Herlina.

Lokasi perkemahan dilaksanakan di Lapangan Gunung Kukusan, Kelurahan Giriwono, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Dimeriahkan dengan Tari Saman yang disajikan secara massal oleh 400 siswa. Tarian tradisional Aceh tersebut, hadir dalam garap baru, yakni memakai aransemen iringan beragam Lagu Daerah Nusantara. Diantaranya, Lagu Apuse Kokon Dao dari daerah Kampung Kabouw, Wondiboy, Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

Lagu Apuse, diciptakan oleh Tete Mandosir Sarumi dalam bahasa Biak, dan dipopulerkan oleh Corry Rumbino. Sejak dinyanyikan dalam lomba Bintang Radio, Lagu Apuse bagai naik pamor menjadi nyanyian yang menasional, dan menjadi salah satu jenis Lagu Daerah di Tanah Air.

Dasa Darma

Perkemahan Pramuka Ambalan (Penegak) Gudep Herlina dan Pati Unus tersebut, dibuka resmi Kepala Sekolah (Kasek) SMK Negeri 1 Wonogiri, Gunarsi SPd, MPd. Ditandai dengan prosesi penyalaan obor oleh sepuluh putri Dasa Darma, yang saat memasuki lapangan sambil menari pakai selendang sampur, diiringi instrumen gamelan Bali irama Degung. Acara ini, kemudian dirangkai dengan penyulutan api unggun yang disertai kembang api. Dampaknya, menjadikan lokasi perkemahan terang benderang. Ikut hadir memberikan sambutan, Kepala Kelurahan Giriwono, Joko Pitono SE,MM.

Bersamaan itu, didendangkan Lagu ”Api Kita Sudah Menyala.” Yakni lagu yang lazim dinyanyikan oleh para insan Praja Muda Karana, setiap menggelar perkemahan malam. Simak liriknya sebagai berikut: ”Api kita sudah menyala/ Api kita sudah menyala/ Api, api, api, api, api/ Api unggun sudah menyala……..”

Api Telah Menyala, menjadi lagu yang legendaris di jagad perkemahan. Lagu ini diciptakan oleh Uun Samsa (66). Yaitu pria asal Limbangan, Garut, Jabar, yang telah meninggal dunia 4 tahun lalu, tepatnya pada Hari Selasa Tanggal 24 November 2020. Semasa hidupnya, dia adalah Guru SMP Selaawi, Garut, Jabar.

Api Unggun adalah salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap menggelar perkemahan. Nyala kobaran apinya menjadi simbol sinergitas, melambangkan kebersamaan dalam membangun persatuan. Pancaran nyala panasnya, memberi energi bangkitnya semangat bagi insan Pramuka yang berkemah. Yang mampu memberikan sentuhan hangat, pada suhu dinginnya malam yang terasa bagai menggigit tulang.

Malam api unggun di Gunung Kukusan ini, dimeriahkan pula dengan Tari Jatilan dan Tari Ganong, yang diajarkan dalam ekstra kurikuler sekolah. Dari Karang Taruna Gunung Kukusan, ikut menampilkan atraksi beragam jurus pencak silat, menyajikan teknik pertarungan tangan kosong, pertarungan memakai senjata dan demo memecahkan bata putih hebel menggunakan tangan. Juga dimeriahkan dengan aneka nyanyian di panggung.(Bambang Pur)