Berkaitan dengan mimpi, saya mempunyai cara tersendiri dalam memaknainya. Yaitu mimpi yang isarahnya baik, dipercaya, dan mimpi yang isarahnya kurang baik, jangan dimasukkan hati. Dan cara yang dapat menghibur hati adalah memaknai mimpi itu yang positif.
Tujuannya agar tidak terbawa keyakinan negatif. Bukankah kita tahu, Allah itu menuruti apa yang menjadi persangkaan hamba-Nya? (Ana ‘inda dhonni ‘abdi bi).
Dan seseorang yang tidak tahu makna dari mimpinya hendaknya jangan terpengaruh dengan prasangka buruknya.
Misalnya, pernah suatu saat ketika sedang ada masalah dengan seseorang, malam hari saya mimpi ditembak dengan pistol dan mengenai paha kiri saya. Pagi hari saya ceritakan mimpi itu kepada rekan-rekan. Kerabat saya berkata, “Hati-hati, orang yang sedang kamu hadapi itu biasa main dukun.”
Saya lalu tertawa dan menafsir mimpi saya sendiri, lalu berkata. “Ya tidak, mimpi menyentuh darah (amis) itu pertanda mau dapat rezeki,” jawab saya. Tak lama kemudian ada teman datang membawa tas plastik berisi 11 ekor ikan bandeng. “Mas, ini saya bawa oleh-oleh. Bapak baru panen bandeng,” kata tamu itu.
Setelah mimpi itu, aman-aman saja. Bulan berikutnya saya mimpi tangan saya disabet pedang seseorang yang tidak saya kenal. Pagi hari rekan saya menafsir mimpi saya. Dia berkata yang agak menakutkan, dan tentunya saya tolak maknanya.
Saya berkata,” Jika mimpi anggota badan putus, jika orang itu sedang berperkara segera putus (damai, selesai) dan yang bermimpi adalah pemenangnya.” Tafsir itu hampir selalu benar. Karena itu, jika Anda tidak tahu pasti makna dari mimpi, sebaiknya memberi makna yang positif.
Tujuannya untuk membentuk prasangka baik, menghibur diri, dengan harapan apa yang kita prasangkakan itu menjadi doa baik, sesuai persangkaan kita. Mungkin pendapat yang demikian ini tidak bisa diterima sebagian orang. Karena terkadang, mimpi buruk pun pertanda akan datangnya bahaya.
Jika setiap mimpi itu ditafsiri baik, bukankah itu peringat dari Allah dan menjadi tanda yang justru tidak terbaca. Untuk pertanyaan ini, bagi orang yang meyakini Tuhan, dan setiap saat kita selalu memohon perlindungan kepada-Nya. Karena disaat dan setelah salat, menjelang tidur. Karena doa itu benteng bagi orang beriman, jadi kenapa harus takut? * * *