Ritual pecah kendi sebagai ikhtiyar memohon kepada Sang Pencipta Alam agar masyarakat dijauhkan dari bencana, serta hal-hal yang negatif lainnya. (Dok))

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Ritual pecah kendi berisi air Kumpulan dari 20 sumber mata air menandai dimulainya acara Grebeg Saparan Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jumat (23/8).

Grebeg Saparan Borobudur akan berlangsung hingga Minggu (25/8/2024), dengan rangkaian acara pentas kesenian tradisional, live music dan pementasan wayang kulit.

Ketua Panitia Grebeg Saparan Borobudur, Lukman Fauzi Mudazir, mengatakan ritual pecah kendi sebagai ikhtiyar memohon kepada Sang Pencipta Alam agar masyarakat dijauhkan dari bencana serta hal-hal yang negatif lainnya, dan akhirnya meraih keseimbangan alam dan lingkungan hidup damai Sejahtera.

‘’Air diambil dari 20 sumber mata air. Antara lain mata air Kenayan, Kalibendo, Tuk Banon, Widodaren dan lainya. Air tersebut malam sebelumnya diberi doa dalam ritual di Makam Kyai Mayitan di Gunung Bakal,’’katanya.

Dalam ritual tersebut, lanjut dia, diberi kembang tujuh rupa dan dipisah dalam 5 kendi yang dipecah di 4 titik mata penjuru mata angin Borobudur. Air dikirab dengan dokar terlebih dahulu dari Lapangan Tanjungan, kemudian berputar ke empat titik. Antara lain titik Kanisius, titik Balkondes, Balai Desa dan kembali ke Lapangan Tanjungan.

Ritual seperti ini, tambahnya, sebagai symbol tradisi Jawa dalam falsafat papat kiblat limo pancer. Sebagai manifestasi mengarah ke kiblat keimanan dan ketaqwaan, juga spiritual yang diyakini orang jawa.

Menurutnya, agenda Saparan Borobudur tahun ini berbeda dengan biasanya. Karena tidak hanya sekedar gebyar pentas kesenian saja, tapi juga ada makna-makna supranatural yang sudah mulai punah.

Untuk menghidupkan lagi tradisi dan kebudayaan masa lalu dilakukanlah ritual laku, seperti yang dilakukan dalam saparan ini untuk menggali hikmah dan pelajaran ilmu pengetahuan masa lampau.