blank
Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyah Unisnu Jepara menyelenggarakan diskusi bertema “Pemuda dan Nasionalisme: Peluang dan Tantangan. Foto: Dok

JEPARA (SUARABARU.ID)– Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyah Unisnu Jepara menyelenggarakan diskusi bertema “Pemuda dan Nasionalisme: Peluang dan Tantangan”. Acara yang berlangsung pada Kamis, 22 Agustus 2024 ini dihadiri oleh mahasiswa Unisnu, komunitas Gusdurian Jepara, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisnu, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Unisnu, serta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jepara.

Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber  di antaranya Dr. Abdul Wahab, S.Sos.I., Wakil Rektor 3 Unisnu Jepara, Fuad Fahmi Latif, M.Pd., Koordinator Jaringan Gusdurian Jepara, Zahri Amin Sabiq, Ketua DPM Unisnu, dan Monika Leni Silvia, Presiden BEM Unisnu. Diskusi dipandu oleh Ahmad Saefudin, M.Pd.I., Kepala Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyah Unisnu Jepara, yang berperan sebagai moderator.

blank
Diskusi ini menghadirkan narasumber Dr. Abdul Wahab, S.Sos.I., Wakil Rektor 3 Unisnu Jepara, Fuad Fahmi Latif, M.Pd., Koordinator Jaringan Gusdurian Jepara, Zahri Amin Sabiq, Ketua DPM Unisnu, dan Monika Leni Silvia, Presiden BEM Unisnu. Diskusi dipandu oleh Ahmad Saefudin, M.Pd.I., Kepala Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyah Unisnu Jepara, yang berperan sebagai moderator.

Dalam paparannya Dr. Abdul Wahab, S.Sos.I., menekankan pentingnya nasionalisme bagi setiap warga negara Indonesia, khususnya bagi mahasiswa. “Tidak ada alasan bagi orang yang hidup di Indonesia, makan dari tanah Indonesia, minum dari air Indonesia, untuk tidak memiliki sikap nasionalis,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa iman seseorang dibuktikan dengan kecintaan terhadap tanah air, yang merupakan bagian dari ibadah, baik secara ritual maupun sosial.

Selain itu, Dr. Abdul Wahab juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh generasi muda di era digital ini. Menurutnya, generasi Z perlu memiliki kecakapan dalam budaya digital, keterampilan digital, etika digital, dan keselamatan digital. Ia juga mengungkapkan impiannya agar setiap organisasi mahasiswa di Unisnu mampu menciptakan banyak startup sebagai langkah awal untuk melatih mahasiswa menjadi wirausahawan yang tangguh.

 

Sementara itu, Fuad Fahmi Latif, M.Pd., menyoroti peran dan tantangan pemuda dalam menghadapi isu-isu nasional, seperti penolakan RUU Pilkada. Menurutnya, pemuda harus memiliki keyakinan dan idealisme yang kuat agar tidak dilupakan dan menjadi tidak berguna. “Jika pemuda apatis dan tidak peduli dengan isu-isu strategis, maka perlu dipertanyakan di mana peran pemuda tersebut,” tegasnya.

Monika Leni Silvia, Presiden BEM Unisnu, menggarisbawahi bahwa tantangan terbesar bagi mahasiswa adalah kemauan untuk bergerak. “Kita memiliki gagasan luar biasa, tapi mustahil bergerak sendirian. Kita harus berkolaborasi dengan banyak elemen supaya tujuan kita bisa terwujud,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya inisiatif dan kreativitas dalam menjalankan tanggung jawab sosial mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kampus.

Sedangkan Zahri Amin Sabiq, Ketua DPM Unisnu, menutup diskusi dengan pesan penting tentang pentingnya mahasiswa memahami potensi yang dimiliki agar dapat menumbuhkan rasa nasionalisme. Ia menekankan bahwa regulasi di tingkat kampus harus berpihak pada kepentingan mahasiswa, dan jika tidak, maka mahasiswa harus berani melawan.

Diskusi ini berhasil memberikan pencerahan bagi peserta mengenai pentingnya nasionalisme dan peran strategis pemuda dalam menghadapi berbagai tantangan, khususnya di era digital. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi momentum untuk memperkuat semangat kebangsaan di kalangan mahasiswa Unisnu Jepara.

Hadepe – Ahmad Saefudin