SEMARANG(SUARABARU.ID)-Mahasiswa KKN Universitas Pandanaran (Unpand) Semarang angkatan 38 di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati, menggelar pelatihan pembuatan pupuk kompos dengan metode compost bag.
Acara tersebut diikuti oleh warga Perumahan Kandri Asri dan dihadiri perwakilan kampus Unpand serta perangkat Kelurahan Kandri. Bertindak sebagai pemateri adalah
Fiki Reza Pratama, salah satu mahasiswa peserta KKN.
Fiki Reza Pratama, Selasa (23/7/2024), menjelaskan langkah-langkah membuat pupuk kompos menggunakan compost bag. Pupuk kompos yang sudah dibuat sangat bermanfaat untuk memupuk bunga hias atau tanaman sayuran di pekarangan rumah.
Dia menjelaskan manfaat dari metode ini yang ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan di lingkungan rumah tangga. Salah satu cara yang paling mudah dan sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA adalah dengan mengompos.
“Langkah pertama, siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pastikan warga memiliki semua alat dan bahan yang diperlurkan untuk membuat kompos. Seperti composting bag, alat pengaduk berupa sekop kecil atau sendok semen, sarung tangan dan masker untuk perlindungan diri,” jelasnya.
Langkah kedua, lanjut dua, buat lapisan kompos pertama
Setelah semua alat dan bahan siap, mulailah membuat kompos dengan meletakkan sampah cokelat sebagai lapisan pertama kompos.
Sampah Organik
“Idealnya, sampah cokelat yang digunakan ada tiga jenis. Namun apabila hanya menggunakan dua jenis sampah cokelat juga tidak masalah,” terangnya.
Langkah ketiga, menurut Fiki, tambahkan lapisan kedua yang merupakan sampah hijau. Seperti daun segar, sisa buah dan sayur atau ampas kopi dan teh. Sangat disarankan untuk mencacah sampah sayur dan buah terlebih dahulu guna memudahkan proses pengomposan.
Adapun langkah keempat ulangi pelapisan sampah cokelat dan hijau hingga penuh. Tambahkan lapisan sampah cokelat lagi di atas sampah hijau yang sudah diletakkan. Pastikan sampah cokelatnya menutupi sampah hijau di bawahnya. Ulangi langkah ini hingga composting bagnya penuh.
“Sedang kangkah kelima, yakni rawat kompos hingga waktunya panen.
Aduk kompos setiap 3 sampai 7 hari sekali. Semakin besar atau banyak kompos yang dibuat, semakin harus sering diaduk guna menambahkan oksigen ke dalam kompos,” tandasnya.
Melalui pelatihan ini, pihak Unpand Semarang berharap warga dapat memanfaatkan limbah organik rumah tangga menjadi kompos yang bermanfaat bagi lingkungan dan kebun mereka.
“Pelatihan ini dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah organik yang baik dan benar,” katanya.
Muharno Zarka