WONOSOBO(SUARABARU.ID) – Kirab Panji dan Pusaka dalam rangkaian Peringatan Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo tahun 2024 ini, menjadi bagian dari sosialisasi dan publikasi program pemerintah daerah, baik yang telah terlaksana maupun yang masih dalam proses pelaksanaan.
Utamanya bagi generasi muda dalam mencintai dan menumbuhkan kearifan lokal serta budaya asli yang menjadi ciri khas daerah Wonosobo.
“Prosesi hari jadi juga menjadi pesta budaya dan promosi wisata daerah untuk masyarakat luas,” ujar Bupati Afif Nurhidayat saat prosesi Pasrah Tampi Panji Miwah Pusaka Pagetan Ambal Warsa Kaping-199 Kabupaten Wonosobo di Halaman Pendopo Bupat.
“Prosesi ini perlu terus dilestarikan, karena bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat serta bagi sejarah pemerintahan Wonosobo yang tidak meninggalkan budaya tradisi dan kearifan lokal,” paparnya.
Tetapi hal itu, imbuh Bupati Afif, juga selalu berkembang dan mengembangkan seni identitas diri dan landasan untuk membangun Wonosobo yang raharja gemah ripah loh jinawi di segala tempat dan situasi apa pun.
Lebih lanjut disampaikan, perlu adanya kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat dalam mencapai tujuan pembangunan, yaitu dengan bersinergi secara harmonis, menyatukan cipta, rasa, kemauan dan gotong royong, untuk daerah yang maju sejahtera dan unggul dalam segala hal.
“Kirab panji dan pusaka, lakukanlah sampai ke desa-desa atau kelurahan di Wonosobo, agar seluruh lapisan masyarakat dapat ikut menikmati suka cita, merasa memiliki dan turut serta mendukung HUT Wonosobo ke-199 ini,” pinta Afif.
Hal ini sejalan dengan tema peringatan Hari Jadi Kabupaten Wonosobo ke-199 yaitu “Guyub Rukun Mustikaning Laku” yang mengingatkan kita semua semua akan pentingnya persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan dengan mengedepankan persatuan seluruh anggota masyarakat sebagai landasan standar untuk memajukan daerah.
Gelar Budaya
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Agus Wibowo menambahkan, peringatan hari jadi diawali dengan prosesi serah terima dan Kirab Panji di sekitar Alun-Alun Wonosobo.
“Selanjutnya akan dilakukan kirab di seluruh Kecamatan dan Desa/Kelurahan dengan berbagai acara gelar budaya,” ujar Agus.
Prosesi penyerahan panji-panji diawali dengan penyerahan Song-Song Catragung Pangayom oleh Bupati kepada Camat se-Wonosobo. Yakni berupa Payung Klasik sebagai simbol pengayom.
“Bahwa seorang pemimpin pemerintahan harus menjadi pengayom bagi warganya dalam menjamin ketentraman, kesejahteraan dan keamanan,” jelasnya.
Sedangkan Tombak Korowelang Kantentreman yang diserahkan Kapolres kepada Kapolsek se-Wonosobo, merupakan benda pusaka yang ada sejak berdirinya daerah ini, sebagai pusaka pertahanan dalam menghela serangan penjajah.
“Pada masa modern saat ini, musuh bersama yang harus dihadapi adalah, kemiskinan, keterbelakangan pendidikan dan ketimpangan sosial. Apalagi kasus stunting dan kemiskinan ekstrem masih banyak ditemui di daerah ini,” tegasnya.
Adapun, bendera lambang daerah (Panji Gegununging Praja) merupakan identitas lokal yang diserahan dari Ketua DPRD Wonosobo kepada Sekcam se-Wonosobo.
“Sedangkan bendera merah putih (sang saka dwi warna) manandai bahwa Wonosobo merupakan bagian dari NKRI yang diserahkan oleh Dandim 0707 kepada Danramil se-Wonosobo,” ujar dia.
Ditambahkan Agus, pihaknya ingin lebih banyak melibatkan masyarakat agar perekonomian masyarakat juga ikut terangkat. Sehingga bukan hanya kemeriahan yang ingin kita hadirkan, tapi juga dampak peningkatan ekonomi yang bisa dirasakan.
Muharno Zarka