Ribuan warga keturunan Tionghoa selesai melakukan ritual menyeberangi jembatan 7 bintang, 30 Juni 2024. Foto: Sutrisno

TEGAL (SUARABARU.ID) – Ritual Penyeberangan Jembatan 7 Bintang atau Pai Tou yang dilakukan oleh ribuan warga keturunan Tionghoa menjadi daya tarik tersendiri pada perayaan ulang tahun (Sejit) Kongco Ceng Gwan Cin Kun 2575/2024 di Kelenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal, Sabtu (29/6/2024) malam.

Ribuan warga keturunan Tionghoa dari dalam dan luar Kota Tegal mengantri dengan tertib mengikuti sembahyang atau ritual Penyeberangan Jembatan 7 Bintang atau yang disebut Pai Tou.

Perayaan ulang tahun (Sejit) Kongco Ceng Gwan Cin Kun  juga menarik perhatian warga lokal yang bukan keturunan Tionghoa. Ribuan pengunjung saling berdesakan ingin melihat dari dekat ritual yang sedang berlangsung.

Tamu Warga keturunan Tionghoa, Aris Sugeng (27) dari Kelenteng Tek Hay Bio Semarang menghadiri perayaan Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun di Kelenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal mengaku karena penasaran dengan ritual penyeberangan jembatan 7 bintang.

Sepengetahuannya, ritual tersebut di kelenteng se-Jawa hanya ada di Kelenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal. “Setahu saya mengikuti kirab di kota-kota lain, penyeberangan jembatan 7 bintang hanya di Kota Tegal. Saya baru pertama ini ke Tegal setelah sering melihat di Youtube,” katanya.

Ritual ini kata Aris yang menjadi daya tarik warga keturunan Tionghoa untuk datang ke Kota Tegal. “Dipercaya dengan melewati jembatan 7 bintang maka akan memasuki harapan atau keberuntungan. Kemudian meninggalkan yang buruk dan akan mendapatkan keberkahan,” terangnya.

Filosofinya ada di gapura jembatan, masuknya pintu naga dan keluarnya pintu macan. “Lalu setelah melewati jembatan punggung umat diberi cap (stampel). Istilahnya kita terbebas dari marabahaya dan memperoleh keberuntungan,” ujarnya.

Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal, Gunawan Lo Han Kwee mengatakan, penyeberangan jembatan 7 bintang ini merupakan sembahyang kepada Dewa Rasi Bintang Utara. Tujuannya untuk menolak semua bala dan petaka sehingga kedepan bisa hidup lancar dan tidak ada beban di belakang.

“Biar semua keburukan, kejelekan, apapun itu hilang. Makannya saat lewat jembatan ini tidak boleh lihat ke belakang. Kita lupakan semua yang di belakang untuk maju ke depan,” jelasnya.

Tamu dari luar kota ada sebanyak 70 kimsin atau rupang dewa, dari Jawa Timur, Jawa Barat dan paling jauh Palembang.

“Ini memang kita lihat luar biasa untuk kebersamaannya, memang kita sekarang lagi mengangkat moderasi beragama. Apapun suku agamanya kita tetap saling mendukung, saling menyukseskan acaranya supaya hidup kita rukun aman dan damai,” ujarnya.

Gunawan berharap, melalui kegiatan sejit ini semua umat khususnya di Kota Tegal bisa selalu hidup damai. Termasuk agar terhindar dari bencana dan malapetaka.

Sutrisno