Oleh *Riris Trianingsih, M.Pd.
Model pembelajaran merupakan salah satu unsur pendukung dalam proses transfer ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada siswanya. Penggunaan model pembelajaran yang tepat, berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan keterampilannya dalam memilih model pembelajaran dan menerapkannya dengan benar. Dia harus mempunyai strategi belajar mengajar yang tepat, ketika metode konvensional tak lagi tepat untuk digunakan.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru, agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Salah satunya melalui ice breaking. Penerapan ice breaking ini terkait minat belajar siswa. Sebagaimana diketahui, siswa sering kehilangan fokus belajar akibat kurangnya minat siswa mengikuti pembelajaran. Sebagai salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran, minat belajar siswa harus selalu dijaga. Dengan terjaganya minat tersebut, proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Untuk membantu siswa kembali fokus dan menyerap pelajaran dengan baik, sudah banyak guru yang menerapkan ice breaking, baik di awal, di sela-sela, atau di akhir proses pembelajaran. Ice breaking diterapkan untuk menarik fokus perhatian serta mencairkan suasana di dalam ruangan, agar kembali ke keadaan semula, yaitu keadaan yang bersemangat atau kondusif dalam pembelajaran. Semangat tersebut menjadi modal bagi seluruh individu dalam menjalankan aktivitasnya.
Dalam penerapannya, terdapat beberapa jenis aktivitas ice breaking yang bisa dipilih, antara lain berteriak, permainan, bernyanyi, bertepuk tangan, humor, hingga menggerakkan bagian tubuh. Dalam pandangan guru sekarang ice breaking menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan merangsang minat belajar siswa.
Ice breaking sangat perlu diterapkan di dalam kelas untuk mengubah suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Meski bukan tujuan utama dalam pembelajaran, namun ice breaking merupakan pendukung utama dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.
Terdapat banyak manfaat yang bisa didapatkan dalam ice breaking yaitu menghilangkan kebosanan dan keletihan, melatih peserta berpikir kreatif, melatih kerja sama tim, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan gairah dan semangat, serta meningkatkan konsentrasi untuk melanjutkan aktivitasnya.
Sebelum menerapkan ice breaking di kelas, seorang guru sebaiknya menguasai beberapa hal berikut: Pertama, tujuan ice breaking. Dia harus memahami mengapa ice breaking diperlukan dalam konteks pembelajaran. Tujuan ini bisa beragam, seperti membangun hubungan antar siswa, meredakan ketegangan, atau mempersiapkan siswa untuk pembelajaran yang akan datang; Kedua, pemahaman kelompok siswa. Guru harus mengenal siswa secara individu dan sebagai kelompok. Ini membantu dalam memilih jenis ice breaking yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa; ketiga, kepedulian terhadap kebutuhan siswa. Dalam posisi ini, guru harus memiliki kesadaran tentang kebutuhan dan kenyamanan siswa. Ice breaking yang baik harus menghormati perbedaan individual siswa dan menciptakan suasana yang inklusif.
Berikutnya yang keempat; pemilihan ice breaking yang tepat. Guru harus memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, minat, dan kebutuhan siswa. Aktivitas tersebut harus mampu memecah kebekuan dengan efektif tanpa menyinggung atau membuat siswa tidak nyaman; Kelima, keterampilan pemimpin. Dalam posisi ini, guru harus menguasai keterampilan kepemimpinan untuk memandu ice breaking dengan lancar. Ini mencakup kemampuan untuk menjelaskan aturan permainan atau aktivitas, memotivasi siswa, dan menjaga kendali atas situasi; Keenam, kesiapan dan persiapan. Pada posisi ini, guru harus menguasai persiapan materi, ruang, dan waktu yang dibutuhkan untuk ice breaking. Persiapan yang baik membantu menjaga alur kegiatan dan mencegah kekacauan yang tidak diinginkan; sedangkan yang ketujuh, evaluasi dan refleksi. Setelah ice breaking, penting bagi seorang guru untuk mengevaluasi bagaimana kegiatan tersebut berjalan. Refleksi ini membantu guru untuk terus memperbaiki dan menyesuaikan pendekatan mereka di masa depan.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, seorang guru dapat lebih siap untuk menerapkan ice breaking secara efektif dalam kelas mereka, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang positif dan interaktif.
Berdasar pengalaman penulis yang sudah menerapkan ice breaking di kelas V SDN 8 Suwawal, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, aktivitas ini memberi dampak yang sangat besar pada minat belajar siswa di kelas. Ice breaking yang sudah diterapkan dan memberi dampak positif antara lain: membangun hubungan antar siswa, meningkatkan partisipasi siswa, membantu meredakan ketegangan, meningkatkan fokus dan konsentrasi, memperkenalkan konsep belajar yang kolaboratif dan juga memperkuat kepribadian kelas. Dengan demikian, ice breaking tidak hanya sekadar aktivitas penyegar atau hiburan semata, tetapi memiliki dampak yang mendalam dalam membentuk lingkungan pembelajaran yang positif, inklusif, dan mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh.
Keterangan: *Penulis Adalah Guru SDN 8 Suwawal, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara. Penguru KKG Gugus Harapan Kecamatan Mlonggo.