blank
Widya Puraya Kampus Undip Tembalang. Foto: Dok SB.ID

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Gagasan riset inovatif kian berkembang dan menjadi sarana penggerak bagi peneliti muda terutama civitas academica Universitas Diponegoro (UNDIP) dalam menemukan solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Hal ini sebagaimana yang telah diupayakan oleh dosen Sekolah Vokasi UNDIP, Mohamad Endy Julianto dalam riset-risetnya dimana dia bersama timnya hingga saat ini tengah mengembangkan kemopreventif kanker dari bahan-bahan alam.

Meski dengan kesibukannya menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI), Endy berhasil mengantongi 6 paten granted, 5 hak cipta dan 6 publikasi internasional bereputasi dalam kurun waktu satu  semester (6 bulan).

Dosen yang akrab disapa Endy ini menyebutkan untuk perolehan Paten Granted di antaranya bernomor IDS000007201 (Proses Inaktivasi Enzimatis untuk Pembuatan Teh Hijau menggunakan Steamer Pendispersi Silinder); no IDS000007235 (Metode Pembuatan Hesperidin dari Kulit Jeruk Nipis melalui Ekstraksi Termokimia Gelombang Mikro), dan Paten no IDS000007413 (Metode Pembuatan Citrulline dari Kulit Semangka melalui Ekstraksi Gelombang Mikro).

blank
Dosen Sekolah Vokasi UNDIP, Mohamad Endy Julianto. Foto : Dokumentasi UNDIP.

Paten dengan no IDS000007821 (Ekstraksi Reaktif Gingerol menjadi Shogaol Jahe dengan menggunakan Air Subkritis), selanjutnya no IDS000007561 dengan invensi Metode Ekstraksi Gaultherin dari Gandapura Disertai Sinar Ultra Violet dan terakhir paten dengan no IDS000007969.

“Untuk paten dengan no IDS000007201 saat ini sedang diujicobakan di industri Teh Hijau Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Pasir Sarongge dan kajian segmentasi pasar. Bidang kajian dan inovasi yang dihasilkannya berupa pengembangan proses,” kata Endi, Kamis 13 Juni 2024.

Endy juga menjelaskan bahwa sampai saat ini ia dengan timnya menggandeng industri mitra mengembangkan produk untuk kemopreventif kanker dari perpaduan bahan-bahan alam.

“Bahan-bahan tersebut meliputi senyawa bioaktif shogaol jahe, linamarin dari daun singkong, gaultherin dari gandapura, hesperidin kulit jeruk nipis dan epigalokatekin galat (EGCG) teh hijau. Senyawa-senyawa bioaktif tersebut terenkapsulasi dalam membran cair emulsi nano liposom, sehingga ketika menggunakan obat ini bisa sampai ke target yang dituju,” terangnya.

Endy menjelaskan, pengembangan produk ini didorong atas keprihatinannya terhadap biaya kemoterapi yang sangat mahal dan harus ditanggung penderita kanker di Indonesia. Selain mahal, bahan baku yang dipakai pada proses penanganan pasien kanker 90 persen masih harus diimpor.

Tak sendiri, bersama para tim pakar ahli seperti Prof. Ari Yuniastuti, Dr. Eng Vita Paramita, Prof. Eflita Yohana, Dr. Hermawan Dwi Ariyanto, dan Dr. Indah Hartati, Endy terus berupaya untuk mengembangkan produk inovatif antikanker.

Endy yang telah memperoleh total publikasi 71 paper internasional bereputasi terindeks Scopus mengungkapkan bahwa persoalan krusial untuk menyiapkan bahan baku berupa senyawa bioaktif linamarin dan gaultherin, terletak pada kesulitan dalam mengekstrak akibat enzim linamarase dan gaultherase dalam sitoplasma daun mulai aktif ketika membran tonoplas terkoyak.

Oleh karenanya teknik ekstraksi dan inaktivasi enzimatis secara simultan dapat merujuk dari paten tim peneliti dengan no IDS000006687 dan IDS000007561. Sedangkan senyawa bioaktif shogaol dapat diperoleh dari dehidrasi gingerol jahe melalui air subkritis yang dapat dirujuk dari Paten no IDS000007821.

Dirinya pun memaparkan untuk komersialisasi obat kanker, aspek terpenting yang harus dilalui diantaranya uji praklinis dan klinis produk nano, pengujian adaptasi dan evaluasi penerapan unit proses di industri mitra, penyusunan dokumen hasil pengujian skala produksi, dokumen standarisasi serta sertifikasi, dokumen alih teknologi dan audit teknologi.

Sementara itu, Direktur Utama PT. Naturindo Fresh Kulon Progo, Teguh Adhi Nugroho, sangat menyambut baik inisiasi kerjasama antara Tim Vokasi UNDIP dengan PT. Naturindo Fresh Kulon Progo yang pernah mendapat penghargaan Kalpataru di tingkat provinsi, dalam pengelolaan budidaya tanaman herbal.

Bahkan PT. Naturindo Fresh membudidayakan lebih dari 182 jenis tanaman herbal dengan memberdayakan masyarakat sekitar dan memberikan pelatihan untuk menggembangkan SDM dari berbagai latar pendidikan.

 

“Semoga dalam waktu dekat bisa segera komersialisasi produk di industri mitra melalui riset komersial dan dari hasil riset ini nantinya bisa bermanfaat untuk masyarakat khususnya orang-orang yang berjuang sembuh dari penyakit kanker,” katanya.

Hery priyono