KOTA MUNGKID( SUARABARU.ID)- Puluhan pemeluk penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Kabupaten Magelang khusyuk melalukan ritual laku bisu (berjalan tanpa bicara) di tiga candi yang ada di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang,yakni, kompleks Situs Candi Aso ( Asu), Candi Pendhem dan Candi Lumbung.
Laku bisu tersebut dilakukan pada rangkaian peringatan Hari Lahir Pancasila di komplek tiga candi yang berada 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi, Jumat ( 31/5/2024) petang. Prosesi peringatan Hari Lahir Pancasila tersebut diawali dengan melakukan prasawiya ( berjalan mengelilingi candi melawan arah jarum jam) sebanyak satu kali di Candi Pendhem. Kemudian, dilanjutkan di Situs Candi Lumbung dan terakhir di Situs Candi Aso ( Asu).
“Ketiga candi yang ada di Dusun Candi Pos, Desa Sengi tersebut mempunyai makna yang berbeda. Candi Pendhem diyakini sebagai candi untuk ritual menjelang tanam. Kemudian, Candi Lumbung merupakan tempat menyimpan padi.Sedangkan Candi Aso atau yang lebih dikenal dengan nama Candi Asu,sebagai candi untuk istirahat,’kata Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kabupaten Magelang, Ki Kiswantoro di sela-sela acara tersebut, Jumat ( 31/5/2024) petang.
Ki Kiswantoro mengatakan, pada acara tersebut mengangkat candi itu suci dan Pancasila juga suci, Pancasila juga diadopsi dari naskah naskah kuno. Kearifan lokal yang menjadi kearifan luhur di nusantara,termasuk candi-candi itu juga suci.
Sekretaris Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia Kabupaten Magelang, Agung Nugroho menambahkan, tujuan penghayat kepercayaan memperingati Hari Lahir Pancasila,yakni untuk menyatukan mereka yang terdiri atas 11 kelompok di Kabupaten Magelang. Ke-11 kelompok penghayat kepercayaan ini, mempunyai tata cara berdoa yang berbeda-beda.
Mengakhiri rangkaian ritual memperingati Hari Lahir Pancasila, para umat penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menggelar genduren mutih ( kenduri mutih). Dalam kenduri mutih itu, mereka sejak pagi hari melakukan pasa mutih ( puasa putih) makan nasi putih dan minum air putih.
Ia menambahkan, pasa mutih tersebut sebagai sarana untuk pembersihan diri saat Hari Lahir Pancasila. Para peserta membawa sesaji berupa satu tumpeng dan sembilan nasi golong( nasi untuk sesaji) berwarna putih serta tanpa lauk-pauk.
W Cahyono.