blank
Aneka pentas kesenian dan beragam hiburan, digelar untuk memeriahkan tradisi Bersih Desa yang dipadukan dengan event peringatan Hari Jadi Desa Bogoharjo, Kecamatan Ngdirojo, Kabupaten Pacitan, Jatim.(Dok.Prokopim Pacitan)

PACITAN (SUARABARU.ID) – Bogoharjo adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Jatim). Desa yang terletak di sebelah timur Daerah Aliran Sungai (DAS) Lorok ini, memiliki agenda wisata budaya tahunan yang digelar bersamaan dengan event Bersih Desa.

Desa yang berjarak 42 Kilometer (KM) arah timur dari pusat Ibukota Kabupaten Pacitan, Jatim ini, dalam menggelar tradisi adat Bersih Desa, dipadukan dengan peringatan Hari Jadi Desa Bogoharjo. Event tahunan ini, digelar 3 hari 3 malam, dengan menampilkan beragam sajian pagelaran seni budaya. Termasuk tari kolosal “Babat Bumi Batik Bogoharjo”.

Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, Minggu malam (26/5), hadir membersamai masyarakat pada malam puncak upacara Bersih Desa di Lapangan Desa Bogoharjo. Acara ini, sekaligus dirangkai dengan peringatan Hari Jadi Ke -119 Desa Bogoharjo Tahun 2024.

Semarak Hari Jadi Desa Bogoharjo, diawali ziarah ke Makam Eyang Panji Sanjaya Rangin, sebagai tokoh pendiri Desa Bogoharjo. Bersamaan itu, juga dilakukan Bakti Sosial (Baksos), ritual doa bersama serta pertunjukan seni budaya.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, sangat mengapresiasi event tradisi tahunan tersebut. Kata Bupati, ini sebagai bentuk rasa syukur warga masyarakat. Juga untuk menjaga tradisi, dengan mengenalkan leluhur kepada generasi muda.

Mas Aji (panggilan akrab Bupati Pacitan), menyatakan, rasa syukur itu bisa diwujudkan dengan apa saja, bisa dengan berdoa atau dengan kegiatan tradisi seperti ini. ”Event ini bisa memberi dampak positif bagi masyarakat, khususnya warga Desa Bogoharjo,” kata Mas Aji.

Tolak Balak

Banyak desa di Pulau Jawa, yang masih setia menggelar adat tradisi Bersih Desa. Tapi, kiranya hanya Desa Bogoharjo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jatim saja, yang saat menggelar Bersih Desa disatukan dengan peringatan Hari Jadi Desa Bogoharjo. Sebab, mayoritas desa tidak memiliki Hari Jadi.

Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Pranoto Adiningrat yang juga Abdi Dalem Keraton Surakarta, menyatakan, inti ritual Bersih Desa ada pada kenduri selamatan, sebagai sarana memanjatkan doa.  Yakni doa syukur dan sekaligus doa permohonan, untuk senantiasa memohon perlindungan keselamatan kepada Gusti Kang Maha Kawasa.

Kenduri selamatan Bersih Desa, sekaligus sebagai sarana tolak balak. Kepada Gusti Murbeng Dumadi sebagai dzat yang Maha Kuasa, masyarakat yang menggelar tradisi Bersih Desa memohon keselamatan. Juga memohon anugerah pengayoman (perlindungan) dari Sang Khalik, agar masyarakat senantiasa diberikan hidup aman, guyup rukun, sehat, damai dan sejahtera. Terjauhkan dari gangguan roh jahat, dan dari gaib negatif.

Melalui tradisi adat Bersih Desa, masyarakat juga memberikan penghormatan atas eksistensi keberadaan Danyang Cikal Bakal (tokoh pendiri desa) dan para leluhur sesepuh desa yang telah wafat. Semua dimohonkan ampunan atas kesalahan dan dosanya, dan diberikan anugerah kaswargan jati (surga).

Bersih Desa diadakan oleh masyarakat dalam lingkup Desa/Kelurahan. Dalam cakupan yang lebih kecil, komunitas masyarakat di tingkat Dusun, Kampung atau Lingkungan, ada yang menggelar tradisi tersebut dengan sebutan rfitual Bersih Dusun.

Untuk memeriahkan acara Bersih Desa atau Bersih Dusun, sering disajikan pula pentas kesenian seperti tari-tarian dan musik  seperti Campursari, ketoprak, ludruk, dan wayang kulit semalam suntuk. Ada juga yang menyertakan kidungan macapatan (mendendangkan tembang Jawa) yang syairnya sarat dengan doa untuk tolak balak.
Bambang Pur